Konspirasi dalam Sudut Pandang al-Qur’an (bag.1)
Konspirasi itu Ada, Bukan Sekedar Teori
Konspirasi, sebuah term yang sudah familier di antara kita, ia sering kali digambarkan sebagai sebuah teori yang bersifat spekulatif yang digunakan sebagai alat mencari biang kerok kerusakan yang terjadi di masyarakat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konspirasi diartikan sebagai persekongkolan atau komplotan. Dengan kata lain Konspirasi merupakan upaya mengondisian keadaan yang dilakukan secara rahasia untuk tujuan-tujuan yang jahat seperti komplotan dan persekongkolan.
Mereka yang percaya akan adanya konspirasi percaya bahwa bahwa ada tangan-tangan yang sengaja merancang beberapa kejadian yang diungkap ke publik sebagai fenomen yang tidak disengaja.
Namun dewasa ini mereka yang percaya peristiwa besar di dunia terjadi karena direncanakan seringkali ditertawakan karena dianggap percaya “teori konspirasi”, karena yang formal dibicarakan dalam semua buku-buku resmi di manapun selalu menggap semua kejadian itu terjadi secara kebetulan, mereka hanya percaya dengan semua sumber-sumber yang dianggap ‘resmi’ karena disepakati oleh para ‘elit’ dan enggan mendengarkan segala informasi yang mengungkap kebohongan-kebohongan informasi itu dengan melabelinya sebagai “Teori Konspirasi”.
namun dalam pandangan kami konspirasi pasti ada, sebab pasti ada segolongan manusia yang memiliki tujuan mengondisikan keadaan sekitarnya yang tentunya membutuhkan cara yang rahasia, telepas dari sulitnya pembuktian hal tersebut.
Ini menuntut kita untuk tidak menelan bulat-bulat segala informasi yang disodorkan media pada kita. karena pepatah mengatakan kebohongan yang diulang seribu kali akan menjadi sebuah kebenaran.
Untuk membuka wawasan kita, kami akan membahas sudut pandang al-Qur’an tetang pengondisian keadaan dalam sudut pandang al-Qur’an.
Istilah Konspirasi dalam Al-qur’an, Hiilah (حيلة)"Pengondisian Keadaan”
Hiilah berasal dari kata حول, kata ini diartikan dengan dengan dua konteks, yakni merubah (taghyir as-syai`) atau memisahkan (infishol) tergantung susunan kalimatnya. Jika setelah haala kata ada kata baina (بين) maka artinya adalah ‘memisahkan’ tapi jika tidak ada, maka artinya ‘mengubah’. Mengubah dan memisahkan berhubungan dengan kekuatan atau kekuasaan karena seseorang yang dapat mengubah dan dapat memisahkan tentu saja punya kekuatan.
Dari sana pula muncul kata حَوْل yang berarti “tahun”, karena tahun itu berputar; “berubah” terus mererus. Lalu muncul istilah حَوْلَ yang berarti sekeliling karena ia mirip dengan tahun yang berputar searah putaran jarum jam tanpa henti hingga membentuk hari, kumpulan hari membetuk minggu, minggu membentuk bulan, dan bulan membentuk tahun. Dari sanalah muncul istilah hiilah yang berarti :
والحُوَيْلَةُ مَا يُتَوَصَّلُ بِهِ إِلَى حَالَةٍ مَا فِي خُفْيَةٍ
“Perkara yang mengantarkan pada suatu keadaan selama berada dalam kerahasiaan.”
Singkatnya hiilah berarti ‘pengondisian keadaan’ dengan cara yang tersembunyi. Ia masih bersifat umum, dapat berarti pengondisian keadaan yang berhubungan dengan kondisi lingkungan yang berisi entitas manusia, seperti diungpapkan dalam ayat berikut ini :
إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا
(Q.s. an-Nisa : 98)
“kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya (untuk mengondisikan keadaan) dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah)”
Atau pengondisian keadaan alam dari satu fenomena alam satu ke fenomena alam lainnya , Allah berfirman :
وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ
“dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) Para Malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah yang paling hebat dalam mengondisikan keaadaan.”(Q.s. ar-Ra’d : 13)[1]
Kesimpulan
Manusia akan berusaha mengondisikan keadaan sekitar mereka dengan daya upaya yang mereka miliki, Pengondisian (hiilah) harus bersifat rahasia dalam perencanaannya agar tujuan itu berjalan lancar seperti dalam setiap pertandingan olahraga, semua manager memiliki perencanaan (strategi) yang tidak boleh diketahui oleh tim lainnya, jika strategi itu bocor dapat dipastikan segala rencananya tidak akan berjalan sesuai prediksi. ini juga berlaku dalam banyak urusan manusia di dunia ini.
Tapi Allah-lah yang memiliki perencanaan yang maha hebat. Dia mengondisikan alam ini sesuai kehendak-Nya yang tak ada seorangpun mengetahuinya baik itu berupa manusia maupun keadaan lingkungan sekitarnya. (hingga terbentuk Qodlo dan qodar).
Bersambung, InsyaAllah…
[1] Ayat ini turun berkenaan dengan pertanyaan orang kafir tentang keraguan mereka tentang Allah, lalu datanglah fenomena alam guruhm, halilintar, secara bergantian lalu turunlah ayat ini.(lih. Tafsir Ibnu Katsir)
1 komentar:
Min, itu istilah hillah dpt dr mana? Ko bsa ambil kesimpulan konspirasi dalam Al Qur'an d sebut hillah?
Post a Comment