HAKIKAT NUZUL AL-QURAN (BAGIAN V)
Oleh : Amin Muchtar
Surat-surat Pasca al-'Alaq
Setelah turun surat Al-'Alaq: 1-5 atau jauh sebelum turun surat Al-'Alaq: 6-19, diturunkan lagi beberapa surat. Ibnu Abas berkata:
Setelah turun surat Al-'Alaq: 1-5 atau jauh sebelum turun surat Al-'Alaq: 6-19, diturunkan lagi beberapa surat. Ibnu Abas berkata:
وَكَانَ
أَوَّلُ مَا أُنْزِلَ مِنَ الْقُرْآنِ : اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
ثُمَّ ن وَالْقَلَمِ ، ثُمَّ يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ ، ثُمَّ يَا أَيُّهَا
الْمُدَّثِّرُ ، ثُمَّ الْفَاتِحَة... ثُمَّ وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ
“Yang pertama diturunkan dari
Al-Quran ialah (No. 1) iqra’ bismirabbikalladzi khalaq (QS. Al-'Alaq:
1-5), kemudian (No.2) surat al-Qalam, lalu (No.3) surat Al-Muzammil, kemudian
(No.4) surat al-Mudattsir, lalu (No. 5) surat al-Fatihah…(Ibnu Abas menyebutkan
satu persatu sebanyak 80 surat lainnya). Kemudian terakhir (No. 86) surat
al-Muthaffifin.” Setelah itu Ibnu Abas berkata:
فَهَذَا مَا
أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَّةَ
“Inilah Al-Quran yang diturunkan
oleh Allah di Mekah.” (Lihat, Fadha’il al-Qur’an, II:200, No. 813; Al-Itqan
fii Ulum al-Qur’an, I:26; Al-Burhan fii Ulum al-Qur’an, I:193)
Dengan demikian, kita dapat
mengetahui bahwa terdapat 85 surat lainnya dalam Al-Quran yang diturunkan di
Mekah setelah surat Al-'Alaq, antara lain:
- Surat al-Qalam,
Surat ini diberi nama al-Qalam
(pena), karena di dalamnya Allah bersumpah dengan alat tulis, yakni Qalam.
Dengan demikian, penamaan surat ini dengan Al-Qalam sebagai penghormatan
terhadap “Pena”, karena dalam penciptaannya itu terdapat petunjuk kepada hikmah
yan agung dan berbagai manfaat yang tidak terhingga. Dilihat dari
kandungan, kata Imam al-Qurthubi, sebagian besar ayat dalam surat ini turun
berkaitan dengan Al-Walid bin al-Mughirah dan Abu Jahal. (Lihat, At-Ta’rif
bi Suwar al-Qur’an al-Kariim, I:1; Al-Mufashhal fii Mawdhu’at Suwar
al-Qur’an al-Kariim:1299)
Dilihat dari tartiib an-Nuzuul
(urutan turun) surat ini berada diurutan kedua, namun secara tartiib
as-Suwar (urutan surat), surat ini berada pada urutan ke-68 dari 114
surat dalam Al-Qur’an. Surat ini terdiri atas 52 ayat, diawali dengan ayat:
ن
وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka
tulis.” QS. Al-Qalam:1
Dan diakhiri dengan ayat:
وَمَا هُوَ
إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ
“Dan Al Quran itu tidak lain
hanyalah peringatan bagi seluruh umat.” QS. Al-Qalam:1
Meski demikian, dilihat dari aspek
kronologisnya jumlah ayat sebanyak itu tidak turun bersamaan. Hal itu dapat
kita ketahui dari beberapa riwayat sebagai berikut:
Pertama, keterangan Aisyah tentang
peristiwa yang dialami oleh Nabi saw. di gua Hira, dengan turunnya surat
al-Alaq:1-5. Di akhir hadis itu Aisyah mencantumkan keterangan berikut ini:
ثُمَّ كَانَ
أَوَّلُ مَا نَزَلَ عَلَيَّ مِنَ الْقُرْآنِ بَعْدَ اقْرَأْ : {ن . وَالْقَلَمِ
وَمَا يَسْطُرُونَ . مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ . وَإِنَّ لَكَ
لأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ . وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ . فَسَتُبْصِرُ
وَيُبْصِرُونَ}
“Kemudian (Nabi saw. bersabda)
Al-Quran yang pertama turun setelah iqra ialah: (artinya) ‘Nun, demi kalam dan
apa yang mereka tulis. Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan
orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak
putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung’.”
(QS. Al-Qalam:1-4) HR. At-Thabari, Tafsir ath-Thabari, XXIV:528-529, No.
38.009
Atas dasar itulah, Ibnu Abas
berpendapat seperti di atas. Demikian pula pakar Al-Quran generasi Tabiin bernama
Mujahid menyatakan:
إِنَّ
أَوَّلَ سُورَةٍ أُنْزِلَتْ : {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ} . ثُمَّ
{ن وَالْقَلَمِ}.
“Sesungguhnya surat yang pertama
turun ialah iqra bismi rabbikalladzi khalaq, kemudian ‘Nun, wal qalam’.
HR. At-Thabari, Tafsir ath-Thabari, XXIV:532, No. 38.021
Adapun ayat-ayat selanjutnya (5-52)
dalam surat itu diturunkan kepada Nabi saw. beberapa waktu kemudian. Dalam hal
ini, para ulama berbeda pendapat. Jabir, Ikrimah, dan al-Hasan al-Bishri
berpendapat bahwa seluruh ayatnya di turunkan di Mekah. Sementara dalam
pandangan Ibnu Abas dan Ikrimah, turunnya ayat-ayat itu diklasifikasikan
menjadi beberapa bagian: Pertama, hingga ayat 16:
سَنَسِمُهُ
عَلَى الْخُرْطُومِ
“Kelak akan Kami beri tanda dia di
belalai(nya)” diturunkan di Mekah.
Kedua, mulai ayat 17:
إِنَّا
بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا
لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ
“Sesungguhnya Kami telah mencobai
mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun,
ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akanmemetik (hasil)nya di
pagi hari.”
hingga ayat 33:
كَذَلِكَ
الْعَذَابُ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Seperti itulah azab (dunia). Dan
sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui” diturunkan di
Madinah, setelah hijrah.
Ketiga, mulai ayat 34:
إِنَّ
لِلْمُتَّقِينَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ
“Sesungguhnya bagi orang-orang yang
bertakwa (disediakan) syurga-syurga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.”
hingga ayat 50:
فَاجْتَبَاهُ
رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Lalu Tuhannya memilihnya dan
menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.” diturunkan di Madinah.
Sementara ayat 51-52 diturunkan di
Mekah. (Lihat, Tafsir al-Mawardi An-Nukat wa al-‘Uyun, VI:59; Tafsir
al-Qurthubi, XVIII:222)
- Surat Al-Muzammil,
Surat Al-Muzzammil,
diturunkan sesudah surat Al-Qalam. Dinamai Al-Muzzammil (orang
yang berselimut), karena surat ini menceritakan tentang keadaan Nabi saw. pada
permulaan menerima wahyu, dan surat ini muncul atas perintah Allah kepada
Nabi-Nya agar tidak berselimut di waktu malam dan segera bangkit untuk
menyampaikan risalah Tuhannya. (Lihat, Al-Mufashhal fii Mawdhu’at Suwar
al-Qur’an al-Kariim:1358)
Dilihat dari tartiib an-Nuzuul
(urutan turun) surat ini berada diurutan ketiga, setelah al-Qalam, namun
secara tartiib as-Suwar (urutan surat), surat ini berada pada
urutan ke-73 dari 114 surat dalam Al-Qur’an. Surat ini terdiri atas 20 ayat,
diawali dengan ayat:
يَا أَيُّهَا
الْمُزَّمِّلُ
“Hai orang yang berselimut
(Muhammad),.” QS. Al-Muzammil:1
Dan diakhiri dengan ayat:
إِنَّ
رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ
وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا
تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى وَآخَرُونَ
يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ
يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ وَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا وَمَا
تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا
وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui
bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau
seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari
orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.
Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa
yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu
orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan
Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman
yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang
paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang..” QS. Al-Muzammil:20
Meski demikian, dilihat dari aspek
kronologisnya jumlah ayat sebanyak itu tidak turun bersamaan. Gambaran umum
tentang itu dapat kita ketahui dari keterangan Aisyah ketika menjawab
pertanyaan dari Sa’ad bin Hisyam bin Amir.
يَا أُمَّ
الْمُؤْمِنِينَ ، أَنْبِئِينِي عَنْ قِيَامِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ فَقَالَتْ : أَلَسْتَ تَقْرَأُ هَذِهِ السُّورَةَ يَا
أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ ؟ قُلْتُ : بَلَى ، قَالَتْ : فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ افْتَرَضَ قِيَامَ اللَّيْلِ فِي أَوَّلِ هَذِهِ السُّورَةِ ، فَقَامَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ حَوْلاً حَتَّى
انْتَفَخَتْ أَقْدَامُهُمْ ، وَأَمْسَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَاتِمَتَهَا فِي
السَّمَاءِ اثْنَيْ عَشَرَ شَهْرًا ، ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
التَّخْفِيفَ فِي آخِرِ هَذِهِ السُّورَةِ ، فَصَارَ قِيَامُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَطَوُّعًا مِنْ بَعْدِ فَرِيضَتِهِ
“Wahai Ummul Mu’minin, ceritakanlah
kepadaku tentang shalat malam Rasulullah saw.!” Maka Aisyah berkata,
"Tidakkah kamu membaca surat ini: yaa ayyuhal muzammil?” Saya
menjawab, “Benar.” Ia berkata, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan salat malam
pada awal surat ini, maka Rasulullah saw. dan para sahabat beliau melaksanakan
salat (setiap hari) selama satu tahun hingga kaki-kaki mereka bengkak dan Allah
menahan (belum menurunkan) ayat terakhir dari surat itu (al-muzammil) selama 12
bulan. ayat akhir dari surat itu (al-muzammil) ditahan di langit selama 12
bulan. Kemudian Allah memberikan keringanan dengan menurunkan ayat terakhir
dari surat ini (ayat 20). (Setelah turunnya ayat ke 20 al-Muzammil) shalat
malam Rasulullah saw. itu hukumnya menjadi sunat, setelah hukumnya wajib.” HR.
Ahmad, Musnad Ahmad, VI:53, No. 2431; An-Nasai, as-Sunan al-Kubra,
I:168, No. 425, I:500, No. 11.627, Sunan an-Nasai, III:199, No. 1601;
Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah, II:171, No. 1127; Ibnu Hiban, Shahih
Ibnu Hiban, VI:292, No. 2551; al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, I:358,
No. 1563, III:29, No. 4588; Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, I:410, No. 1475,
dengan sedikit perbedaan redaksi, dan redaksi di atas riwayat Ahmad.
Dalam riwayat Abu Dawud dengan
redaksi:
فَإِنَّ
أَوَّلَ هَذِهِ السُّورَةِ نَزَلَتْ ، فَقَامَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صلى الله
عليه وسلم حَتَّى انْتَفَخَتْ أَقْدَامُهُمْ ، وَحُبِسَ خَاتِمَتُهَا فِي
السَّمَاءِ اثْنَيْ عَشَرَ شَهْرًا ، ثُمَّ نَزَلَ آخِرُهَا ، فَصَارَ قِيَامُ
اللَّيْلِ تَطَوُّعًا بَعْدَ فَرِيضَةٍ
“Maka sesungguhnya awal surat
ini turun, maka para sahabat Rasulullah saw. melaksanakan salat (setiap
malam) hingga kaki-kaki mereka bengkak dan ayat akhir dari surat itu
(al-muzammil) ditahan di langit selama 12 bulan. Kemudian turun ayat terakhir
dari surat itu (ayat 20). (Setelah turunnya ayat ke 20 al-Muzammil) salat itu
hukumnya menjadi sunat, setelah hukumnya wajib.” HR. Abu Dawud, Sunan Abu
Dawud, II:40, No. 1342
Aisyah dan Ibnu Abas menegaskan
bahwa interval waktu turun antara ayat-ayat pertama dan terakhir pada surat itu
selama 1 tahun. Ibnu Abas berkata:
لَمَّا
نَزَلَتْ أَوَّلُ الْمُزَّمِّلِ كَانُوا يَقُومُونَ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِمْ فِي
شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى نَزَلَ آخِرُهَا، وَكَانَ بَيْنَ أَوَّلِهَا وَآخِرِهَا
نَحْوَ مِنْ سَنَةٍ
“Ketika awal surat al-Muzammil
turun, para sahabat Rasulullah saw. melaksanakan salat malam seperti mereka
salat pada bulan Ramadhan, hingga turun ayat terakhir dari surat itu (ayat 20).
Interval waktu turun antara awal dan akhir surat itu sekitar 1 tahun. “HR. Ibnu
Abu Hatim, Tafsir Ibnu Abu Hatim, XII:344
- Surat al-Mudattsir,
Surat al-Mudattsir,
diturunkan sesudah surat Al-Muzzammil. Dinamai al-Mudattsir
(orang yang berselimut), karena surat ini menceritakan tentang keadaan Nabi
saw. setelah masa fatrah penerimaan wahyu. Maka Allah menyeru Nabi saw.
dengan keadaan yang dialaminya, yaitu berselimut. (Lihat, At-Ta’rif bi Suwar
al-Qur’an al-Kariim, I:1)
Dilihat dari tartiib an-Nuzuul
(urutan turun) surat ini berada diurutan keempat, namun secara tartiib
as-Suwar (urutan surat), surat ini berada pada urutan ke-74 dari 114
surat dalam Al-Qur’an.
Surat ini terdiri atas 56 ayat,
diawali dengan ayat:
يَا أَيُّهَا
الْمُدَّثِّرُ
“Hai orang yang berkemul
(berselimut),” QS. al-Mudattsir:1
Dan diakhiri dengan ayat:
وَمَا
يَذْكُرُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ
الْمَغْفِرَةِ
“Dan mereka tidak akan mengambil
pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah
Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun.” QS.
al-Mudattsir:56
Meski demikian, dilihat dari aspek
kronologisnya jumlah ayat sebanyak itu tidak turun bersamaan. Gambaran umum
tentang itu dapat kita ketahui dari keterangan sebagai berikut:
Surat al-Mudattsir turun beberapa hari atau beberapa minggu setelah terjadi masa fatrah. Menurut Ibnu Katsir, al-Mudattsir adalah surat yang pertama turun setelah masa fatrah wahyu. Ibnu Katsir berkata:
أَنَّ أَوَّل
شَيْء نَزَلَ بَعْد فَتْرَة الْوَحْي هَذِهِ السُّورَة
“Sesungguhnya yang pertama turun
setelah masa fatrah wahyu adalah surat ini” (Lihat, Tafsir Ibnu Katsir,
IV:530)
Argumentasi Ibnu Katsir di atas
merujuk kepada hadis sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ
شِهَابٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ يَقُولُ
أَخْبَرَنِي جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ثُمَّ فَتَرَ الْوَحْيُ عَنِّي فَتْرَةً
فَبَيْنَا أَنَا أَمْشِي سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي
قِبَلَ السَّمَاءِ فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ الْآنَ قَاعِدٌ
عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَجُئِثْتُ مِنْهُ فَرَقًا حَتَّى
هَوَيْتُ إِلَى الْأَرْضِ فَجِئْتُ أَهْلِي فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي
زَمِّلُونِي فَزَمَّلُونِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { يَا أَيُّهَا
الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ } قَالَ أَبُو سَلَمَةَ الرُّجْزُ الْأَوْثَانُ ثُمَّ
حَمِيَ الْوَحْيُ بَعْدُ وَتَتَابَعَ
Dari Ibnu Syihab, ia berkata, “Saya
mendengar Abu Salamah bin Abdurrahman berkata, ‘Jabir bin Abdullah telah
menghabarkan kepadaku sesungguhnya ia telah mendengar Rasulullah saw. bersabda,
‘Lalu terhentilah wahyu terhadapku, tatkala saya sedang berjalan saya mendengar
suara dari langit, lalu saya mengangkat penglihatanku ke arah langit. Ternyata
dia adalah Malaikat yang telah mendatangi saya ketika sedang di Hira. Dia duduk
di singasananya antara langit dan bumi. Maka saya merasa ketakutan yang sangat,
sampai saya tersungkur ke tanah lalu saya mendatangi istriku dan saya katakan,
selimuti aku, selimuti aku, selimuti aku, lalu selimuti aku. Lalu Allah Azza
Wa Jalla menurunkan (ayat), ‘(artinya) Hai orang yang berkemul
(berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan
pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah (QS.
al-Mudattsir:1-5).’ Abu Salamah berkata, “Ar-Rujzu adalah berhala.
Kemudian terjagalah wahyu dan tetap turun." HR. Ahmad, Musnad Ahmad,
III:325, No. 14.523
Hadis di atas menunjukkan bahwa yang
pertama turun dari surat al-Mudattsir adalah ayat 1 sampai ayat 5. Sementara
ayat-ayat selanjutnya turun beberapa waktu kemudian. Hanya saja tidak didapat
keterangan yang pasti berapa lama interval waktu turun ayat-ayat itu.
Para ahli tafsir menjelaskan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara surat al-muzzammil dengan surat
al-muddatstsir sebagai berikut:
- Kedua surat ini sama-sama dimulai dengan seruan kepada Nabi Muhammad saw.
- Surat Al-Muzzammil berisi
perintah bangun di malam hari untuk melakukan salat tahajjud dan membaca
Al Quran untuk menguatkan jiwa seseorang, sedangkan surat Al-Muddattsir
berisi perintah melakukan dakwah, mensucikan diri, dan bersabar.
sumber :
https://www.facebook.com/amin.muchtar.1/notes
1 komentar:
Assalamu'alaikum warahamatullahi wabarakatuh,
Mohon sepenuhnya matan hadis: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ ، أَنْبِئِينِي عَنْ قِيَامِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ فَقَالَتْ : أَلَسْتَ تَقْرَأُ هَذِهِ السُّورَةَ يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ ؟ قُلْتُ : بَلَى ، قَالَتْ : فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ افْتَرَضَ قِيَامَ اللَّيْلِ فِي أَوَّلِ هَذِهِ السُّورَةِ ، فَقَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ حَوْلاً حَتَّى انْتَفَخَتْ أَقْدَامُهُمْ ، وَأَمْسَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَاتِمَتَهَا فِي السَّمَاءِ اثْنَيْ عَشَرَ شَهْرًا ، ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ التَّخْفِيفَ فِي آخِرِ هَذِهِ السُّورَةِ ، فَصَارَ قِيَامُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَطَوُّعًا مِنْ بَعْدِ فَرِيضَتِهِ
“Wahai Ummul Mu’minin, ceritakanlah kepadaku tentang shalat malam Rasulullah saw.!” Maka Aisyah berkata, "Tidakkah kamu membaca surat ini: yaa ayyuhal muzammil?” Saya menjawab, “Benar.” Ia berkata, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan salat malam pada awal surat ini, maka Rasulullah saw. dan para sahabat beliau melaksanakan salat (setiap hari) selama satu tahun hingga kaki-kaki mereka bengkak dan Allah menahan (belum menurunkan) ayat terakhir dari surat itu (al-muzammil) selama 12 bulan. ayat akhir dari surat itu (al-muzammil) ditahan di langit selama 12 bulan. Kemudian Allah memberikan keringanan dengan menurunkan ayat terakhir dari surat ini (ayat 20). (Setelah turunnya ayat ke 20 al-Muzammil) shalat malam Rasulullah saw. itu hukumnya menjadi sunat, setelah hukumnya wajib.”
Post a Comment