HAKIKAT NUZUL AL-QURAN (BAGIAN I)
Oleh: Amin Saefullah Muchtar
Sebagaimana yang kita yakini bahwa
Al-Quran merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhamad saw. melalui
Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Allah berfirman:
وَإِنَّهُ
لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ عَلَى قَلْبِكَ
لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
“dan Sesungguhnya Al Quran ini
benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh
Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
(QS. As-Syu’ara:192-195)
Sebagai kitab Allah, Al-Quran
menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam dan
berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Posisi dan fungsi Al-Quran inilah
yang senantiasa diapresiasikan oleh Nabi, melalui pengamalan dan pengajaran
selama hidup di Mekah sekitar 13 tahun dan Madinah sekitar 10 tahun. (Lebih
lanjut silahkan dibaca penjelasan Imam Az-Zarkasyi dalam kitab Al-Burhan fii
‘Ulum al-Qur’an, I:232)
Sehubungan dengan itu, kita perlu
mengetahui tentang turunnya Al-Quran agar tidak lepas dari posisi dan fungsi
Al-Quran tersebut.
Makna dan Proses Nuzulul Quran
Nuzulul Quran (Nuzuul Al-Quran)
secara literal berarti turunnya Al-Quran. Kata Nuzuul merupakan mashdar
(kata dasar) bagi kata nazala yang secara etimologis memiliki dua
pengertian: Pertama, singgah atau menempati. Kedua, turun atau
berjalan dari atas ke bawah. Kedua pengertian ini, menurut Syaikh Muhammad
Abdul ‘Azhim Az-Zarqani, tidak tepat untuk diterapkan pada Al-Quran. Sebab,
singgah, menempati atau turun itu hanya tepat digunakan untuk sesuatu yang
bersifat material. Sedangkan Al-Quran tidaklah demikian.
Pakar ilmu Al-Quran itu memaknai
kata Nuzuul secara majazi (konotatif), yaitu Al-I’laam
(pemberitahuan). Jadi, Nuzuul Al-Quran berarti bahwa Allah swt.
memberitahukan Al-Quran kepada Nabi Muhammad saw. (Lihat, Manahil al-‘Irfan
fii ‘Ulum al-Qur’aan, I:30-31)
Sedangkan secara istilah, Nuzulul
Quran, hemat kami, berarti keterangan tentang kronoligis pemberitahuan Al-Quran
kepada Nabi Muhamad saw.
Para ulama sepakat bahwa Nuzulul
Quran itu terjadi dalam tiga tahap:
Pertama, turun ke Lawhul Mahfuzh,
sebagaimana difirmankan Allah swt.:
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
“Bahkan yang mereka dustakan itu
ialah Al-Quran yang mulia. Yang (tersimpan) dalam lauhul mahfuzh.” (QS.
Al-Buruj:21-22)
Menurut zahir ayat di atas, pada
tahap ini Al-Quran turun sekaligus. Di dalam Al-Quran dan sunah tidak
diterangkan cara dan waktu turunnya Al-Quran itu ke Lawhul Mahfuzh.
Berarti cara dan waktu turun pada tahap pertama ini hanya diketahui oleh Allah.
Kedua, Turun dari Lawhul Mahfuzh
ke Baitul Izzah fii samaid dunya (langit dunia), sebagaimana
difirmankan Allah:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Al-Quran pada lailatul kadar.” (QS. Al-Qadr:1)
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا
كُنَّا مُنذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhan:3)
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى
لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنْ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan yang Al-Quran
diturunkan padanya sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil).” (QS. Al-Baqarah:185)
Ketiga ayat ini menunjukkan bahwa
Al-Quran itu turun sekaligus pada satu malam di bulan Ramadhan, yaitu pada Lailatul
Qadar yang disifati dengan Lailah Mubaarakah (malam yang diberkahi).
Dengan demikian, turun yang dimaksud
pada ayat-ayat ini adalah dari lawhul mahfuzh ke langit dunia secara
menyeluruh, bukan turun kepada Nabi saw. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh
sahabat Rasul bernama Abdullah bin Abbas:
أُنْزِلَ الْقُرْآن جُمْلَةً وَاحِدَةً إِلَى سَمَاءِ
الدُّنْيَا فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْزِلَ بَعْد ذَلِكَ فِي عِشْرِينَ
سَنَةً وَقَرَأَ ( وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ
عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ ) الْآيَة
“Al-Quran diturunkan sekaligus ke
langit dunia pada Lailatul Qadar, kemudian setelah itu diturunkan (kepada
Rasul) pada masa 20 tahun.” Dan ia membaca ayat wa quranan faraqnahu…(QS.
Al-Isra:106)” (H.r. An-Nasai, As-Sunan Al-Kubra, VI:421, No. hadis
11.372)
Dalam riwayat lain dengan redaksi:
أُنْزِلَ الْقُرْآنُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ جُمْلَةً
وَاحِدَةً إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا ، وَكَانَ بِمَوْقِعِ النُّجُومِ وَكَانَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُنْزِلُهُ عَلَى رَسُولِهِ -صلى الله عليه وسلم- بَعْضَهُ
فِى إِثْرِ بَعْضٍ.فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَقَالُوا (لَوْلاَ نُزِّلَ
عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ
تَرْتِيلاَ
)
“Al-Quran diturunkan pada Lailatul
Qadar sekaligus ke langit dunia, dan itu sesuai dengan masa turunnya
bagian-bagian bintang, dan Allah ‘Azza wajalla menurunkannya kepada
Rasul-Nya sebagian demi sebagian. Maka Allah ‘Azza wajalla berfirman,
“Dan mereka mengatakan, ‘Lawlaa nuzzila ‘alaihil Quraanu… (QS.
Al-Furqan:32)” (H.r. Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra, IV: 306, No. hadis
8304; Al-Hakim, Al-Mustadrak ‘Alas Shahihain, II:578, No. hadis 3958)
Dalam riwayat lain dijelaskan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّهُ سَأَلَهُ
عَطِيَّةُ بْنُ الاَسْوَدِ قَالَ: أَوَقَعَ فِي قَلْبِي الشَّكُ قَوْلُهُ تَعَالَى - شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ- وَقَوْلُهُ : إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ القَدْرِ وَهذَا أُنْزِلَ فِي شَوَّالٍ وَذِي
القَعْدَةِ وَذِي الحِجَّةِ وَفِي المُحَرَّمِ وَالصَّفَرِ وَشَهْرِ رَبِيْعٍ،
فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: إِنَّهُ أُنْزِلَ فِي رَمَضَانَ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ
جُمْلَةً وَاحِدَةً ثُمَّ أُنْزِلَ عَلَى مَوَاقِعِ النُّجُومِ رَسَلاً فِي
الشُّهُورِ وَالأَيَّامِ
.
Dari Ibnu Abas Ra., bahwa ia pernah
ditanya oleh Athiyah bin Al-Aswad, ia berkata, ”Aku ragu-ragu tentang firman
Allah ta’ala, ‘Syahru Ramadhaanalladzii unzila fihil Quraanu’ dan
Firman-Nya, ‘Innaa anzaalnahu fii lailatil qadri.’ Apakah turunnya itu
pada bulan Syawal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam, Shafar, dan Ar-rabi’?” Ibnu
Abbas menjawab, ”Bahwa Al-Quran itu diturunkan pada bulan Ramadhan pada malam
Lailah Al-Qadar secara sekaligus, kemudian diturunkan lagi berdasarkan masa
turunnya bagian-bagian bintang secara berangsur pada beberapa bulan dan hari.”
(HR. Al-Baihaqi, Al-Asmaa was Shifaat, II:35, No. hadis 487)
Ketiga, Turun kepada Nabi saw.
Pada tahap ini Al-Quran turun kepada
Nabi saw. itu secara berangsur-angsur, yakni:
Pertama, ketika hidup di Mekah selama 12
tahun 5 bulan 13 hari, terhitung sejak tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari
kelahiran Nabi atau bertepatan dengan 6 Agustus 610 M, hingga 1 Rabi’ul Awwal
tahun ke-54 dari tahun kelahirannya. Pada periode ini turun 86 surat atau sekitar
4.780 ayat, dan turunnya bukan hanya di bulan Ramadhan.
Kedua, ketika hidup di Madinah setelah
hijrah selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, terhitung semenjak hijrah ke Madinah
sampai tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-63 dari tahun kelahirannya. Pada periode
ini turun 28 surat atau sekitar 1.456 ayat, dan turunnya bukan hanya dibulan
Ramadhan. Dalam hal ini, Ibnu Abbas menjelaskan:
بُعِثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِأَرْبَعِينَ سَنَةً فَمَكُثَ بِمَكَّةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ سَنَةً
يُوحَى إِلَيْهِ ثُمَّ أُمِرَ بِالْهِجْرَةِ فَهَاجَرَ عَشْرَ سِنِينَ وَمَاتَ
وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَسِتِّينَ
“Rasulullah saw. diutus sebagai Rasul saat beliau berusia empat puluh tahun, beliau tinggal di Makkah selama tiga belas tahun menerima wahyu, kemudian beliau diperintahkan untuk berhijrah, Maka beliau berhijrah dan (menetap di Madinah) selama sepuluh tahun hingga beliau wafat ketika berusia enam puluh tiga tahun." (HR. Al-Bukhari, Shahih Al
Bukhari, III:1416, No. hadis 3689)
Dari berbagai keterangan tersebut
tampak jelas bagi kita bahwa Al-Quran itu turun kepada Nabi Muhamad melalui
tahapan-tahapan, tidak secara sekaligus. Pada tahap pertama turun dari Allah ke
Lawhul Mahfuzh. Kedua, turun dari Lawhul Mahfuzh ke Baitul
Izzah di langit dunia, dan ketiga turun kepada Nabi secara bertahap kurang
lebih selama 23 tahun.
Hikmah Turun Alquran Kepada Nabi
Secara Bertahap
Penurunan Alquran secara bertahap
kepada Nabi Muhammad saw. tentu bukan suatu kebetulan atau karena
ketidaksengajaan. Para ulama telah berupaya menyingkap hikmah dibalik penurunan
Alquran secara berangsur-angsur itu, di antaranya:
(1) untuk meneguhkan hati Rasulullah
SAW dengan cara mengingatkannya terus-menerus,
(2) lebih mudah dimengerti dan
diamalkan oleh pengikut-pengikut Rasulullah saw,
(3) di antara ayat-ayat itu ada yang
merupakan jawaban atau penjelasan dari suatu pertanyaan atau masalah yang
diajukan kepada Nabi SAW sesuai dengan keperluan,
(4) hukum-hukum Allah yang
terkandung didalamnya mudah diterapkan secara bertahap, dan
(5) memudahkan penghafalan.
(Lebih lanjut silahkan dibaca
penjelasan Syekh Manna’ul Qathan dalam kitab Mabaahits fii ‘Ulum al-Qur’an:
107-116)
Sumber :
https://www.facebook.com/amin.muchtar.1/notes
0 komentar:
Post a Comment