Sejarah Perkembangan Unitarianisme
Ajaran Unitarianisme
Unitarianisme adalah suatu
ajaran yang menekankan ketunggalan Allah. Unitarian merupakan
teologi mengenai Kristen yang menyatakan bahwa Allah adalah Esa
(Monotheis) berbeda dengan doktrin Trinity yang menyatakan Allah
sebagai tiga pribadi yang satu (Sinkretisme dari ajaran Politheis) dan
bahwa Allah bukanlah Yesus. Sementara Yesus hanyalah seorang Nabi
dan Hamba Allah. dalam pandangan Trinity, Unitarian adalah kelompok Protestan
yang liberal yang mempercayai satu Tuhan dan menolak Trinitas.
Selain masalah Trinitas, Unitarianisme
juga menolak doktrin tentang dosa asal dan Predestinasi. Dalam hal
pengajaran dan ibadah, ajaran ini tidak menaikkan doa kepada Kristus. Penolakan
ajaran ini terhadap Trinitas, maka Roh Kudus pun ditolak atau
tidak diakui sama sekali. Yang menjadi penekanan juga pada ajaran Unitarianisme
ini adalah kebebasan manusia dan kebaikan Allah. Kristologi yang dipegang oleh
ajaran Unitarianisme bisa dibilang sebagi Monoteisme yang kuat. Ajaran
ini mengakui adanya Allah, namun bagi Kristus tidak diakui sebagi Tuhan. Bagi
pengikut Unitarianism, Yesus hanyalah orang besar, seorang nabi Allah atau bisa
juga disebut sebagai orang yang ajaib karena mampu melakukan mujizat.
Unitarian mematuhi monotheisme begitu
ketat, dan mempertahankan bahwa Yesus adalah seorang Nabi dan Rasul
Allah yang memiliki berbagai macam mu'jizat serta dimuliakan oleh
Allah. Namun mereka sangat menolak pandangan yang menyatakan Yesus adalah
Allah itu sendiri dan Yesus adalah Tuhan sebagaimana pandangan
Trinitarian.
Tidak ada otoritas khusus mengenai
keyakinan kepercayaan Unitarian selain dari penolakan Trinitarian. keyakinan
secara umum mereka antara lain:
- Satu Allah, Keesaan Tuhan.
- Kehidupan dan ajaran Yesus Kristus merupakan model contoh untuk hidup sendiri
- Pemikiran, rasional, ilmu pengetahuan dan filsafat hidup berdampingan dengan iman dalam Tuhan
- Manusia memiliki kemampuan untuk melaksanakan kehendak bebas dan bertanggung jawab konstruktif dan etis dalam ajaran agama.
- Sifat manusia bisa baik dan jahat, tidak ada yang bisa mengklaim pada roh Kudus atau kebenaran Teologis. meskipun para penulis alkitab telah diilhami oleh Allah, mereka adalah manusia dan karena itu memiliki kesalahan manusia.
- Menolak Doktrin Dosa waris (Prestinasi), hukuman kekal dan Penebusan dosa.
Sejarah Unitarianisme
Pada awal perkembangan kekristenan, ia
terpecah menjadi dua kelompok besar, yaitu Unitariandan Trinitarian.
Ajaran Unitarianisme muncul pertama kali di Transylvania di sekitar gereja
Lutheran. Ajaran Unitarianisme ini menolak persoalan Trinitas yang mengatakan
bahwa Allah adalah tiga pribadi yang menjadi satu. Ajaran Trinitas ini adalah
ajaran tentang tabiat Kristus yang dianut oleh Luther maupun Calvin pada zaman
reformasi.
Unitarianisme merupakan Teologi
yang berkembang jauh sebelum reformasi Protestan, bahkan sebagian
kalangan Unitarian merupakan ajaran murni Yesus yang sesungguhnya. Orang-orang
Unitarian dalam menafsirkan Bible bersifat kesejarahan, tidak seperti
pendekatan Ortodox yang dikenal sekarang ini. Unitarian tidak mencari makna
kiasan yang tersembunyi (Alegoris) dalam teks Bible, tapi mereka menerima makna
lahir dari sabda Yesus. Berbeda dengan Trinitarian yang demi memberikan
pendukungan terhadap dogma mereka sering menyalahkan makna dan tafsiran
sabda Yesus dengan berbagai opini dan asumsi. Unitarian juga bersifat
kritis terhadap beberapa bagian dalam kitab sucinya yang dipandang lebih kuat
dari yang lainnya. Mereka berpegang teguh pada keesaan Allah dan
menolak dogma berbau Trinitas.
Unitarian sangat menghormati Yesus dan
menjadikannya tokoh sejarah. Mereka menolak kata "Anak Allah"
ketika menyebutnya dan hidup sebagaimana yang dicontohkan oleh Yesus dalam
berbagai sabdanya. Sebagian tokoh terkemuka mereka adalah: Iranaeus (130-200
M), Tertulianus (160-220 M), Origenes(185-254
M), Diodarus, Lucianus (Wafat 312 M), Arius (250-336
M) dan lain-lain. Tokoh-tokoh Unitarian ini dianggap bidat-bidat sesat
oleh umat Kristen hingga saat ini.Konflik Unitarian Dan Trinitarian
Konflik antara Unitarian dan Trinitarian adalah
konfrontasi doktriner besar pertama dalam Gereja setelah agama Kristen
dilegalisasikan oleh Kaisar Konstantin. Kontroversi tentang
Trinitarian berlangsung dari abad ke-4 dan melibatkan sebagian besar anggota
gereja, orang-orang percaya yang sederhana dan para biarawan, serta para uskup
dan kaisar. Sementara Trinitarian yang merupakan pengikut Arius memang selama beberapa
dasawarsa mendominasi di kalangan keluarga Kaisar, kaum bangsawan Kekaisaran
dan para rohaniwan yang lebih tinggi kedudukannya.
Dua kelompok besar ini, terutama dari
kubu Trinitarian atau kekristenan Paulus, melahirkan puluhan bahkan
ratusan aliran. Setiap aliran memiliki Injil versi golongan sendiri dan
menyalahkan Injil versi golongan lainnya yang dimana jumlah Injil-Injil
tersebut mencapai ratusan versi. Mereka saling menuduh bahwa aliran
lain selain aliran mereka adalah bidat (sesat). Kaisar Konstantin yang
masih mempertahankan Paganisme saat itu memberikan kebebasan bagi penganut
Kristen yang saling berbeda pandangan dalam melaksanakan ajaran kekristenan
versi mereka sendiri.
Tetapi, perbedaan-perbedaan ini
menimbulkan kerawanan sosial politik dan bisa mengancam
kekuasaan kekaisaran Romawi, sehingga Kaisar Konstantin mengambil keputusan
mengundang kelompok Kristen yang bersilang pendapat tersebut untuk
menyelenggarakan Konsili (Sinode) di Nicea tahun 325 M yang
kemudian dikenal sebagai Konsili Nicea 325 M dan juga disebut
dengan nama Konsili Oikumonis I (Oikumene berarti seluruh
dunia yang didiami bangsa manusia). Yang paling berpengaruh dan paling sengit
dalam perselisihan di Konsili tersebut adalah golongan Unitarian dan
Trinitarian.
Perdebatan sengit masalah ketuhanan
terjadi antara kelompok Unitarian dan Trinitarian. Arius,
tokoh dari kelompok Unitarian mengajukan argumen yang menunjukkan bahwa Yesus
bukanlah Tuhan.
"Ada rentang masa (waktu)
sebelum Yesus ada, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Yesus ada kemudian dan
Yesus hanyalah makhluk biasa yang binasa seperti makhluk lainnya, sedangkan
Tuhan tidak akan binasa"
Argumen Arius ini secara sederhana dapat
dijelaskan sebagai berikut: Jika Yesus memang "anak Tuhan",
maka akan segera disertai pengertian bahwa "Bapak Tuhan" haruslah
ada terlebih dahulu sebelum adanya sang "Anak". Oleh
sebab itu tentulah akan terdapat rentang waktu ketika "Anak"
belum ada. Oleh karenanya, "Anak" adalah makhluk yang tersusun
dari sebuah "esensi" atau makhluk yang tidak selalu ada.
Karena Tuhan merupakan suatu zat yang bersifat mutlak (abadi, alpha dan omega),
maka Yesus tidak mungkin bisa menjadi "esensi" yang sama
sebagaimana "esensi" Tuhan.
Kesimpulan pendapat Arius, bahwa hanya
ada satu Tuhan, yaitu Tuhan yang selalu Ada dan tidak mempunyai asal usul, Dia
Ada tanpa keberadaan sebelumnya. Argumen ini tidak terbantahkan oleh lawannya.
Arius juga memakai dalil dari ayat Bible, Yohanes 14:8 "Bapa lebih
besar daripada aku." Seandainya kita mengakui bahwa Yesus sama dengan
Tuhan, maka kita harus menolak kebenaran ayat ini. Demikian argumen tegas
Arius.
Konflik ini semakin menjadi memanas
setelah Athanasius (293-373 M), salah seorang tokoh agama dan
cendikiawan besar yang mendukung doktrin Trinitas turut dalam perselisihan
tajam dengan Arius. Dalam Konsili tersebut, pengikut Arius menolak pandangan
tentang penciptaan eternal (penciptaan yang bebas dari dimensi waktu),
sementara Athanasius mempertahankannya. Pengikut Arius mengatakan bahwa anak
diciptakan dari tidak ada, sementara Athanasius mengatakan bahwa anak
diciptakan dari esensi Tuhan Bapak. Pengikut Arius berpendapat bahwa Tuhan anak
tidak sama substansinya dengan Tuhan Bapa sementara Athanasius berpendapat
sebaliknya.
Konsili tersebut tidak menghasilkan
titik penyatuan pandangan dari kedua belah pihak yang berdebat. Karena jumlah
peserta Konsili dari kelompok Trinitarian lebih banyak, dan
pimpinan Konsili oleh Kaisar Romawi masih beragama ajaran pagan
poltiheisme serta masyarakat Romawi masih banyak yang mempertahankan
kepercayaan penyembahan terhadap berhala politheisme yang anti
monotheis, maka Kaisa Konstantin memutuskan bahwa dogma yang dibawah
Trinitarian adalah yang benar. Kaisar Konstantin pada awalnya menyelenggarakan
Konsili hanya untuk mempertahankan kekuasaan kekaisaran Romawi, dan
dia melihat Trinitarian lah yang paling berpengaruh dan mendominasi wilayah
serta mudah menyatu dalam keyakinan paganisme Romawi saat itu,
Kaisar sendiri masih memiliki kepercayaan Paganisme. Sehingga Trinitarian
dimenangkan secara politik, demikianlah yang berkuasa yang menang, bukan yang
menang yang berkuasa.
Setelah Konsili Nicea pada tahun 325
yang merupakan titik tolak pertentangan antara Unitarian dan Trinitarian, yang
kemudian dimenangkan oleh Trinitarian, maka aliran Unitarian ini
dianggap aliran sesat. Termasuk salah satu tokoh Unitarian Arius kemudian
dihukum, dianggap sesat dan dikucilkan oleh gereja hingga dia wafat.
Tokoh-tokoh Unitarian yang masih mempertahakan keyakinan monotheisnya
ditangkap, disiksa, dan dibunuh karena dianggap golongan sesat dan penghianat
Kristen. Penindasan Terhadap Golongan
Unitarian
Penindasan ke tingkat pembunuhan
terhadap golongan Unitarian ini telah berlangsung jauh sebelum
diadakannya Konsili Nicea 325 M, pasca Konsili maka penindasan Gereja
terhadap mereka makin menjadi-jadi dan bahkan dilegatimasi oleh
otoritas khusus. Berikut beberapa tokoh penganut Unitarianisme
anti-Trinitas yang hidupnya harus berakhir secara mengenaskan.
1. Iranaeus (130-200 M), dia
lahir disaat ajaran Kristen Antiokia sudah menyebar ke Afrika Utara, Spanyol
hingga ke Prancis Selatan. Tidak banyak catatan sejarah mengenai asal-usul dan
kedewasaannya, sejarah mulai mencatat masa dimana Iranaeus membawa surat petisi
dari Uskup Lyons Pothinus kepada Paus Elutherus di Roma. Petisi itu berupa permohonan Pothinus
kepada Paus untuk menghentikan pengejaran, penyiksaan dan
pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang tidak menyetujui doktrin
gereja Pauline. Ketika masih berada di Roma, Iranaeus mendapat berita
bahwa semua orang Kristen yang tidak sepaham dengan Paulus yang ada di Lyons
Antiochia termasuk uskup Pothinus sendiri telah tewas dibunuh. Dan
pada waktu kembali ke Lyons, Iranaeus menggantikan Ponthinus untuk menjabat
sebagai uskup dinegrinya.
Ditahun 190 M, Iranaeus sendiri menulis
surat kepada Paus Victor agar menghentikan pembantaian
terhadap orang-orang Kristen yang dibunuh karena keyakinan mereka yang
berbeda dengan keyakinan gereja Paulus. Cerita lama kembali terulang, Iranaeus
sendiri terbunuh pada tahun 200 M karena tidak bersedia mengikuti
keyakinan Paus, Iranaeus hanya beriman dan mengakui kepada satu Tuhan,
yaitu Allah, dan dia mendukung pengajaran kemanusiaan Yesus yang diangkat oleh
Allah menjadi utusan-Nya. Iranaeus banyak melakukan kritikan
terhadap Paulus karena dianggapnya sebagai orang yang paling bertanggung jawab
didalam memasukkan doktrin-doktrin dari agama berhala dan filsafat
Plato kedalam ajaran sejati Yesus.
2. Tertullian (160-220 M), dia
adalah seorang penduduk asli Carthage (Kartago). Tertullian sebagaimana juga
dengan Iranaeus, meyakini ke-Esaan Allah dan mengidentifikasikan Yesus sebagai
juru selamat (Messiah) bangsa Yahudi. Dia menentang Paus
Callistus karena mengajarkan "dosa asal" telah
diampuni setelah melaksanakan penebusan dosa resmi dibawah gereja.
Tertullian menekankan tentang kesatuan
jiwa dan eksistensi dan mengatakan bahwa orang-orang yang sehat akalnya pasti
meyakini bahwa Yesus hanyalah manusia belaka. Paus Callistuslah
yang memperkenalkan istilah "Trinitas" kedalam tulisan-tulisan
"ecclesiastical" (gerejawi) Latin ketika ia membahas doktrin
baru yang aneh tersebut. Istilah Trinitas sendiri sama sekali tidak
pernah digunakan dalam kitab-kitab suci.
3. Origen (185-254 M), Ayahnya
bernama Leonidas dan mendirikan pusat pendidikan teologi
dengan mengangkat seorang guru Teologi terkemuka bernama Clement sebagai kepala
lembaga tersebut. Origen sendiri mendapatkan pendidikan ditempat itu.
Leonidas adalah seorang pengikut Kristen
Apostolik, yaitu ajaran monotheisme (ke-Esaan Tuhan) dan mengakui kehambaan
dari Yesus. Sebagaimana kita tahu, gereja Paulus tidak mau menerima kepercayaan
seperti yang dipegang oleh Leonidas ini, dan sebagai konsekwensinya pada tahun
208 M, Leonidas tewas dibunuh oleh orang-orang Paus.
Pada tahun 230 M, Origen dinobatkan
sebagai seorang Pendeta di Palestina, namun karena Origen telah mengajarkan
konsep Monotheisme didalam gereja, Uskup Demerius akhirnya memecat Origen dan
mengusirnya dari gereja. Origen mengungsi ke Caesarea dan mendirikan pusat
pendidikan Teologi ditempat itu pada tahun 231 M yang akhirnya membawa nama
harum kepadanya.
Jerome, seorang penulis
Injil pertama dalam bahasa Latin, pada mulanya merupakan orang yang sangat
mendukung Origen, namun akhirnya Jerome berbalik kepada gereja Paulus dan
menarik garis permusuhan terhadap Origen. Jerome berusaha agar Origen
mendapatkan kecaman dan pengadilan dari gereja setempat, namun popularitas
Origen terlampau besar dan tidak memungkinkan bagi Uskup John untuk
melakukannya, sehingga atas rencananya ini mengakibatkan Jerome sendiri
tersingkir dari kalangan gereja.
Namun pada tahun 250 M, Origen dikecam
oleh Konsili Alexandria dan dijebloskan kedalam penjaraserta
mendapatkan penyiksaan yang terus menerus oleh pihak gereja Paulus sehingga
mengakibatkan kematiannya pada tahun 254 M. Dimasa mudanya
sampai menjelang akhir hayatnya, Origen tetap mempertahankan pengajaran
ke-Esaan Tuhan (The Unity of God), meyakini bahwa hanya Allah saja yang
berkuasa dan Yesus adalah manusia biasa dan hamba Allah,
bukan Allah itu sendiri.
4. Lucianus (312 M), seorang yang
dikenal keluasan ilmunya terhadap bahasa Ibrani dan Yunani. Lucian tidak
menginduk terhadap salah satu gereja dari tahun 220 sampai 290 M. Pengajaran
Lucian adalah Monotheisme, yaitu pengesaan Allah dalam segala
bentuk-Nya.
Lucian percaya kepada penafsiran gramatikal dan literal (sesuai
dengan bunyi lahir suatu kata) dari kitab-kitab suci (Bible). Dia menentang
kecenderungan untuk mencari-cari makna symbolis dan kiasan dari teks-teks
Injil, dan percaya kepada suatu pendekatan empiris dan kritis terhadap
kitab-kitab tersebut. Dia mengatakan bahwa dengan mencari-cari makna symbolis
tersebut, dapat berakibatkan dengan penambahan dan pengurangan pada Injil yang
berarti hilangnya kemurnian ajaran Yesus.
Lucian menghilangkan perubahan-perubahan
yang terjadi pada kitab Injil yang diterjemahkan kedalam bahasa Yunani
(Septuaginta), dia telah mengadakan revisi terhadap empat Injil yang
menjadikannya berbeda dengan Injil-Injil yang dipergunakan oleh gereja
Paulus. Lucian menolak paham trinitas dan sebaliknya begitu menekankan
ajaran Tauhid, bahwa hanya Allah saja Tuhan alam semesta yang patut disembah,
sedangkan Yesus hanyalah manusia biasa yang diangkat menjadi Utusan-Nya. Atas
sikapnya ini, Lucian menjalani penyiksaan dari pihak gereja Paulus dan dihukum
mati pada tahun 312 M.
Masih banyak para tokoh anti-Trinitas
yang harus berakhir dengan mengenaskan ditangan Gereja. Pada tahun 395 M, Theodosius seorang
konservatif Trinitarian mulai membentuk mahkamah penyelidik (Lembaga
Inkuisi) yang bertugas menyelidiki golongan yang menolak Yesus sebagai Tuhan.Mahkamah
ini kekuasaannya sangat besar dan luas. Siapa yang dianggap berbahaya bagi
golongannya, ditindak dengan hukuman berat, divonis kafir, dihukum gantung,
dibakar, dan dibunuh pelan-pelan dalam penyiksaan yang tidak dapat dibayangkan
kejamnya.
Unitarianisme Dan Islam
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya
mengenai pokok keyakinan Unitarianisme dimana sangat
mendekati ajaran Yesus yang asli, maka tidak heran jika pokok
ajaran Unitarian tersebut tidak jauh berbeda dengan keyakinan Islam mengingat
Islam adalah penyempurna ajaran sebelumnya. Seperti memegang teguh Tauhid bahwa
Allah Maha Esa dalam monotheisme yang kuat, menolak ketuhanan Yesus atau Nabi
Isa, menolak dosa waris dan penebusan dosa, eratnya hubungan antara keimanan
dan ilmu pemikiran serta logika, dan lain sebagainya.
Besarnya otoritas Gereja dalam menindas
kaum Unitarian tidaklah menjadikan golongan Unitarian tersebut punah begitu
saja, beberapa dari mereka memilih menjauh dan lari ke tempat aman untuk
menghindar dari kekejaman Gereja. Golongan Unitarian terus berkembang dan
dari mereka mulai muncul para cendikiawan yang terus mengenalkan keyakinan
Unitarianisme mereka dengan perang pemikiran sehingga selama berabad-abad
mereka tetap menjadi pendamping setia Kristen Trinitarian sebagai musuh abadi.
Meskipun nasib para pemikir Unitarian di zaman pencerahan tersebut hampir sama
dengan pendahulu mereka yang mati mengenaskan ditangan Gereja yang berkuasa. Ketika Nabi Muhammad menerima
wahyu sebagai utusan Allah dan menyatakan diri sebagai Nabi yang meneruskan
misi Nabi sebelumnya yaitu Nabi Musa dan Nabi Isa, banyak dari golongan
Unitarian tersebut masuk Islam secara massal. Muallaf Dr. Muhammad Yahya
Waloni dalam bukunya "Kebenaran Islam Menurut Mantan Pendeta"
mengatakan:
"Ketika Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam menyampaikan agama Islam, kelompok Unitarian ini mendengar dan
simpati kepadanya, kemudian hampir semuanya memeluk agama Islam.
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا
الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً
لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ
قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لا يَسْتَكْبِرُونَ وَإِذَا سَمِعُوا مَا
أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا
عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ
الشَّاهِدِينَ
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang
yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik (Trinitarianisme, Paganisme, dan
serupanya). Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya
dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan
karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri. Dan
apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu
lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang
telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata:
"Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang
yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad)." (QS.
Al-Maaidah' 5:82-83)
Kalimat berikut
"Kami ini adalah orang-orang Nasrani" menunjukkan arti
hubungan persahabatan antara umat Islam dengan orang-orang Nasrani yang
berpegang pada ajaran Nabi Isa, yaitu ajaran Unitarianisme atau ajaran memegang
teguh kekuasaan Allah, bukan Trinitas/Tritunggal sebagaimana akidah umat
Kristen dewasa ini, karena Islam adalah agama yang berserah pada kehendak Allah
dan beriman kepada satu-satunya Pencipta, yakni Allah Subhana Wa
Ta'ala" (Kebenaran Islam Menurut Mantan Pendeta, Hal. 82 & 83)
Demikian beberapa pemaparan singkat
mengenai sejarah perkembangan ajaran Unitarianisme, bahwa ternyata adanya
ajaran yang lolos dari keracunan dogma Paulus dan dari terkontaminasinya dengan
ajaran paganisme, ajaran berabada-abad yang memegang teguh Tauhid yang kuat dan
memberikan kedudukan kepada Yesus atau Nabi Isa hanya sebagai hamba dan utusan
Allah sebagaimana Yesus sendiri inginkan, ajaran yang menolak dogma yang tidak
sejalan dengan pengajaran Yesus dan Taurat seperti dosa waris dan penebusan
dosa, ajaran tandingan Gereja Paulus yang akhirnya menimbulkan konflik
keyakinan mereka yang benar dengan keyakinan yang berlawanan sehingga
memperlihatkan lagi keburaman sejarah Gereja, ajaran yang pokok keyakinannya
sejalan dengan keyakinan Islam dan pada akhirnya mayoritas mereka melebur diri
masuk Islam. Itulah Unitarianisme.*****
.. فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلا تَقُولُوا ثَلاثَةٌ
انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ
يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَكَفَى
بِاللَّهِ وَكِيلا
"...
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu
mengatakan: "tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah
menjadi Pemelihara." (QS. An-Nisaa' 4:171)
Sumber: muslim-says.blogspot.com,
0 komentar:
Post a Comment