Tuesday, July 30, 2013

The Protocols of Zion (bagian 1)


Bismillahirrohmanirrohim
Dalam artikel sebelumnya  kami sudah telah sedikit menjelaskan bagaimana pokok pikiran utama The Protocols of Zion yang yang Allah ungkapkan dalam al-Qur’an, dan kali ini kami akan membahas mengenai seluk beluk Protokol termasuk isi kandungan juga bantahan klaim bahwa protokol adalah palsu. Kami mengutip ulasan Henry Makow P.hd dalam Bukunya “Illuminati the Cult that Hijacked the World” (diterterjemah oleh Ufuk Press, 2012).
Klaim Protokol Palsu adalah Cacat
 Setelah Bibel, Protokol orang-orang bijak Zion mungkin merupakan buku yang paling banyak dibaca di dunia. Diterbitkan di Rusia pada tahun 1903, ia mengandung isi pokok “dominasi Yahudi terhadap dunia”. Ia semacam sesuatu yang akan dipelajari pada pertemuan rahasia dari masyarakat mistis.

Dengan cara yang berbeda, baik Zionis maupun Nazi dengan anti-semitisme dan Genosida. Namun tentu saja tidak seluruh Yahudi dapat disalahkan atas tindakan yang dilakukan oleh sekelompok kecil masyarakat rahasia yang belum pernah mereka dengar. Mayoritas Yahudi akan tidak menyetujui master plan ini jika mereka mengetahui bahwa ia ada.

Tentu saja seseorang dapat mengecam seluruh rasisme dan genosida sekeras mungkin sambil meyakini bahwa Protokol itu adalah otentik. Menurut pendapat saya, kecaman yang mengatakan bahwa yang menyebarkan berita Protokol ini asli adalah mereka yang ingin menyulut antisemitisme benar-benar merupakan sebuah rencana mengalihkan perhatian dari master plan ini.

Klaim Pagiarisme ini merupakan kampanye propaganda yang disebarkan oleh kolaborator yang sadar maupun tak sadar di tataran akademis maupun media.

 Klaim Palsu
Dikatakan kepada Kita bahwa The Protocols of Zion adalah sebuah kebohongan, sebuah “kebohongan yang terbukti” yang dibuat oleh polisi politik Tsaris (Okhara) untuk menyulut anti-Semitisme dan mendeskreditkan para revolusioner.


Namun bukti tersebut jauh dari meyakinkan, Ia (bukti bahwa Protokol adalah hasil plagiat) terdiri dari tiga artikel yang diterbitkan oleh The London Times (16-18 Agistus 1921) oleh Philips Graves. Menurut Graves, Protokol tersebut kasar, bab demi bab merupakan penjiplakan dari karya Maurice Joly, Dialogue in Hell Between Machivelli and Montesquieu (1864).
tabel persamaan antara dialog dan Protokol, yang kami kutip dari wikipedia
Merupakan hal yang mudah untuk membuat klaim ini ketika buku tersebut tidak ada. Polisi Napoleon III langsung langsung memberedelnya ketika buku tersebut diterbitkan. 

Namun buku tersebut sekarang sudah tersedia dan saya mengajak anda untuk membandingkan kedua teks tersebut. Menurut pendapat saya mereka sepenuhnya berbeda dalam nada, isi dan tujuan. Dengan halaman mencapai 140 halaman, Dialogues tersebut dua kali lebih panjang dari dari Protocols. Sebagian besar darinya tidak mendapatkan gema dalam Protocols.

 Inti dari argumen Graves adalah isi dan kalimat tertentu dalam protokol adalah diambill dari dialog tersebut. Ia mengklaim bahwa terdapat 50 bagian yang diambil darinya dan dibuat menjadi sekitar 12 ayat.
Kemiripan yang begitu terlihat dengan protokol menimbulkan keraguan dan kemungkinan bahwa terjadi penjiplakan Protokol terhadap Dialogues menjadi amat kecil kemungkinannya. Sesungguhnya Philip Graves “Terkejut dengan tidak adanya upaya yang dilakukan oleh Plagiator untuk menyembunyikan plagiarismenya.” Saya yakin itu karena Joly menjiplak dari Protokol dan bukan sebaliknya.
Plot di dalam Protocols menggambarkan bahwa ia telah “berusia berabad-abad”. Ia sangat mungkin ada lebih dulu dari Dialogue 1864. Apa yang dikemukakan Joly termuat dengan amat baik dalam Protocols dan ia meminjam darinya (dari Protocols) untuk mengungkapkan posisi tak populer otoritarian Machievelli, yang ia sandingkan dengan Napoleon III.
Joly, seorang Yahudi yang memiliki nama asli Jeseph Levy, merupakan anggota dari “Lodge of Mirzaim” di mana dokumen Protocols tersebut berasal. Ia adalah didikan Adolph Cremieux (Isac Moise Cremieux 1796-1880) kepala Lodge tersebut dan seorang menteri pada administrasi pemerintahan Leon Gambetta yang didukung oleh Yahudi. (Lihat Kerry Bolton, The Protocols in Context, Renaisance Press, 2003)
Joly, yang malakukan bunuh diri pada tahun 1879, memiliki kebiasaan “meminjam”. Ia dituduh melakukan plagiat terhadap sebuah novel populer karya Eugene Sue yang berjudul Les Mysteres du Paris (1845). Selain itu karyanya juga didahului oleh karya anak didik Cremieux, Jacob Venedy yang berjudul Machiavelli, Montesquieu, Rousseau (1850).
Pada tahun 1884 Meme. Justina Glinka, putri seorang Jendaral Rusia yang tinggal di Paris, mempekerjakan Joseph Schortest, anggota Lodge Mirzaim di mana Joly juga merupakan anggota di sana, untuk mendapatkan informasi yang sensitif. Untuk bayaran senilai 2500 Franc, Schorst juga memberikan kepada Glinka The Protocols of Zion. Ia kemudian ketahuan dan dibunuh di Mesir.

Pemerintahan Tsarist, menurut dokumen yang diberikan Schort, juga telah dikuasai. Glinka kemudian memberikan dokumen tersebut kepada seorang teman yang kemudian meneruskannya kepada Sergei A. Nilus yang menerbitkannya untuk pertama kali pada tahun 1901.

Setelah Revolusi Bolshevik, Nilus ditahan di Kiev pada tahun 1924, dipenjara dan disiksa. Pimpinan pengadilan mengatakan bahwa ia telah “melakukan kerusakan yang amat besar dengan menerbitkan Protocols  tersebut (Waters flowing Eastward oleh Pequita de Schishmereff, hal. 74-76).
Bagaimanapun, terdapat referensi internal yang mengisyaratkan bahwa tahun terbitnya dokumen tersebut adalah pada tahun 1894 bukan tahun 1884. Dalam Protocol 10, terdapat referensi pada skandal Panama tahun 1892. Penulis mengatakan bahwa para boneka politik harus memiiki noda yang tak dapat diungkapkan, beberapa orang Panama”.
Pada Akhir Protokol 16, terdapat referensi pada “salah satu dari agen terbaik Kita, Bourgeois” yang telah menyusup ke dalam pengajaran golongan muda. Leon Victor August Bourgeois (1851-1925) menjadi mentri pendidikan pada 1890 . Ini membuat saya yakin bahwa Glinka mendapatkan sekitar tahun 1894 bukan 1884.
Saya yakin bahwa berdasarkan isi di dalamnya, Protokol merupakan “rencana yang telah berusia berabad-abad” dan Joly telah mengakses versi yang lebih awal.
Konteks Politik
Artikel Pheilip Gaves menghantam operasi propaganda Zionis. “Expose” yang dilakukan oleh Grave pada Protocols muncul pada bulan Agustus tahun 1921 ketika para Zionis menekan Liga Bangsa-Bangsa untuk mengembalikan Palestina untuk mengembalikan Palestina menjadi tanah air Yahudi di bawah mandat Inggris.
Philip Grave menceritakan kisah yang tidak dapat dipercaya bahwa Mr. X” membawa Dialogues kepadanya di Konstantinopel  yang merupakan tempat dia menjadi koresponden Times. Mr. X menunjukkannya sebagai “bukti yang tak terbantahkan” bahwa protocols adalah hasil plagiat.

Mr. X adalah sorang Rusia Kulit putih. Jika memandang peran Yahudi dalam Revolusi Bolshevik, tampak mencengangkan bahwa seorang kulit putih Rusia akan membantu mendiskreditkan Protocols tersebut. Grave menyatakan bahwa Mr. X membeli buku tersebut dari, Perhatikan ini,”seorang mantan anggota Okhana” yang telah pindah ke Konstantinopel. Apakah kita percaya bahwa hanya dengan satu-satunya bukti yang dibawa mantan anggota Okhana ini maka ia akan membuktikan bahwa Protocols adalah hasil jiplakan?


Dalam The Controversy of Zion bab 34, Douglas Reed, seorang staf  Times  ketika itu memberikan latar belakang tambahan. Pada bulan mei 1920, Lord Northcliffe, pemilik sebagian dari The Times, mengeluarkan sebuah artikel mengenai Protocols tersebut yang berjudul The Jewish Peril, A Distrubing Pamphlet, A Call for an Equiry. Artikel tersebut memuat :

“ Sebuah stigmasi tak berat sebelah mengenai dokumen ini dan sejarah mengenainya yang amat ingin diketahui...apakah kita akan mencampakkan keseluruhan isinya tanpa penyelidikan terlebih dahulu dan membiarkan pengaruh dari buku yang demikian dengan tanpa memeriksa terhadap karya ini?


Ini merupakan kesadaran publik yang berumur singkat, setelah Revolusi Bolshevik, bahwa komunisme adalah sifat dasar Yahudi dan memberikan bahaya yang nyata bagi peradaban Barat. Bahkan Winston Churchill menyerang dengan artikelnya yang terkenal, Zionism VS. Bolshevism : A Struggle for the soul of Jewish people.
 
Kemudian pada Mei tahun 1922 Northcliffe mengunjungi Palestina dan menulis bahwa Britania telah terlalu tergesa-gesa untuk menjanjikan negara tersebut kepada Yahudi di saat sebenarnya ia merupakan milik  700.000 penduduk Arab Muslim.
 
Mr. Wickman Steed, editor The times, pada tahun 1921 menolak untuk menerbitkan artikel tersebut karena dengan mengajukan artikel yang demikian maka berarti bahwa Northcliffe mencoba untuk membuatnya dipecat. Bagaimanapun, ketika Northcliffe melakukan liburan di Eropa, Steed mampu untuk membuat Clifffe mendeklarasikan pernyataan yang “gila” dan setengah terpaksa. Belakangan Northcliffe berkeberatan bahwa ia telah diracun dan mati dengan tiba-tiba pada tahun 1922.

 Douglas Reed adalah sekertaris Northcliffe, namun tidak menyadari peristiwa ini sampai mereka muncul dalam Official History of the Times pada 1950-an. Jelas Nortcliffe telah membuat marah”big boy” ketika ia mengemukakan tentang protocols tersebut dan menentang mandat Inggris di Palestina.

Klaim Pemalsuan adalah Sesuatu yang Berlebihan


Philip Graves dan para pembela lainnya membuat klaim yang dibesar-besarkan. Klaim mereka bahwa Protocols adalah hasil plagiat bab demi bab dari dialogues adalah salah.

Graves menulis bahwa “ Dialogue ketujuh... sesuai dengan bagian protokol kelima, keenam, ke tujuh dan kedelapan.”
 
Dengan panjang delapan halaman, Protokol ini lebih panjang dua kali lipat daripada Dialogue ketujuh. Ia sebagian besar berisi materi yang tidak terdapat dalam Dialogue ketujuh, atau di tempat yang lainnya. Saya akan mendata dari protokol ke Lima saja.
Protokol Lima mengatakan “kerajaan kita akan dicirikan dengan despotisme (kelaliman) dengan amat hebat” sehingga ia akan “mengenyahkan setiap Goyim yang menentang kita baik dengan tidakan maupun kata-kata.”
Sebaliknya Dialog Ketujuh mengatakan, “ Kematian, pengambilalihan, dan penyiksaan harus terjadi sesedikit mungkin dalam politik internal negara modern.”

Protokol Lima mengatakan bahwa kita “merampok  keimanan mereka (Goyim) terhadap tuhan[1]” dan menanamkan dalam benak mereka mengenai hak mereka,” oleh karenanya mengerdilakan kekuasaan Raja. Tidak ada yang sama dengan Dialog Tujuh.



Protikol Lima mengatakan, “Kita akan melemahkan Goyim sehingga mereka dengan terpaksa akan menawarkan kepada kita kekuasaan internasional (sehingga memungkinkan kita) secara perlahan menyerap seluruh kekuatan dan membentuk Pemerintahan Super.” Tidak ada yang sama dengan ini di dalam Dialog  Tujuh.

Pada Sisi Lain

Penulis Dialogues memilih beberapa ayat atau referensi dari Protokol yang tampak tak diubah atau hanya sedikit berbeda bentuknya.

Sebagai contoh, Dialogues mengatakan : “Di mana pun terdapat hak. Kebebasan politik hanyalah sebuah ide relatif. Kebutuhan untuk hidup adalah apa yang mendominasi negara sebagaimana ia mendominasi individu-individu.”

Dalam Protocols kalimat tersebut berbunyi, “Dari Hukum alam munculnya kekuatan. Kemerdekaan politik adalah sebuah ide, bukan kenyataan, dan orang harus tahu bagaimana menggunakannya (kemerdekaan politik) sebagai umpan kapanpun untuk menarik masa... bagi satu pihak yang memiliki tujuan untuk menghancurkan pihak lainnya yang berkuasa.” (Protocols 1)

Graves tidak menyertakan bagian terakhir untuk membuat penyamaan tersebut tampak lebih hebat daripada sebenarnya.

Dialogues (7) mengatakan, “Di seluruh wilayah Eropa...kita harus menciptakan kekacauan, perpecahan, dan permusuhan.” Tidak terdapat referensi mengenai penekanan terhadap hal-hal tersebut dalam sebuah negara.

Persamaan ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa Protocols telah ada terlebih dahulu dan ia telah terbiasa denganya.

Kesimpulan

Kedua buku tersebut memiliki perbedaan dalam nada dan relevansinya. Buku Dialogues jika dilihat dengan kacamata kita saat ini tampak bersifat akademis dan esoterik serta memerlukan sebuah penafsiran. Ia merupakan serangan untuk Napoleon III yang melihat Joly mendapat pemikiran dari Machiavelli. Ironisnya, ini adalah tempat di mana ia menyelusup ke dalam Protocols. Napoleon bukanlah orang bodoh dan Joly ditahan.

Sebaliknya, keotentikan Protocols amat terlihat jelas bagi mereka yang memilki pemikiran terbuka. Ia menggambarkan dunia yang kita tinggali ini.

Jika rencana Anda untuk menguasai dunia bocor, apa yang akan Anda lakukan? Akankah Anda mengakuinya? Tidak, Anda akan mengutus pasukan-pasukan rahasia untuk memberikan stigma bahwa dokumen tersebut adalah sebuah kebohongan yang dimotivasi oleh “prasangka buruk” dan “anti-Semitisme”. Mereka telah menjalakan “kendali kehancuran” ini dengan sempurna, sebuah ukuran atas kekuasaan mereka untuk meperdaya bahkan ketika kebenaran telah diungkapkan.

Ini merupakan satu-satunya konspirasi yang telah menang meskipun cetak biru keburukannya telah ada di tengah-tengah masyarakat. Ia mengungkapkan kepolosan (atau kerusakan) kaum cendekiawan dan masyarakat.

Illuminati (Masonik Yahudi tingkat atas dan aliansi non-Yahudi mereka) telah mendistribusikan sejumlah kekayaan dan kekuasaan kepada masa (liberalisme, sosialisme) sebagai cara untuk mengamankan kekuasaan utama bagi diri mereka. Berdasarkan Protocols, mereka akhirnya akan menarik kekayaan tersebut ketika [2] “pemerintahan tak kentara” telah menjadi tak terkalahkan. “Perang terhadap terror—war on terror” harus dilihat dalam konteks ini.

Dalam pandangan saya, para “penyangkal Protocols” terlibat dalam Konspirasi ini, yang bertanggung jawab atas jadinya sebagian besar penderitaan umat manusia dan akan membawa bencana yang lebih besar lagi. Sebagai seorang Yahudi, saya tidak ingn memanggul tanggung jawab ini di pundak saya, atau dipanggul oleh Yahudi atau Mason tak bersalah lainnya.
Sumber :
Henry Makow, Illuminati the Cult that hijacked te World 2011, diterjemaknan oleh Ufuk Press, 2012 hal. 186-194)








[1] Dalam teks asli (merampok (Goyim) keimanan mereka terhadap tuhan)


[2] Kata ‘mereka dihilangkan oleh penulis.

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews