The Protocols of Zion (bagian 1)
Bismillahirrohmanirrohim
Dalam
artikel sebelumnya kami sudah telah
sedikit menjelaskan bagaimana pokok pikiran utama The Protocols of Zion
yang yang Allah ungkapkan dalam al-Qur’an, dan kali ini kami akan membahas
mengenai seluk beluk Protokol termasuk isi kandungan juga bantahan klaim bahwa
protokol adalah palsu. Kami mengutip ulasan Henry Makow P.hd dalam Bukunya
“Illuminati the Cult that Hijacked the World” (diterterjemah oleh Ufuk Press,
2012).
Klaim
Protokol Palsu adalah Cacat
Setelah
Bibel, Protokol orang-orang bijak Zion mungkin merupakan buku yang paling
banyak dibaca di dunia. Diterbitkan di Rusia pada tahun 1903, ia mengandung isi
pokok “dominasi Yahudi terhadap dunia”. Ia semacam sesuatu yang akan dipelajari
pada pertemuan rahasia dari masyarakat mistis.
Dengan cara yang berbeda, baik Zionis maupun Nazi dengan anti-semitisme dan Genosida. Namun tentu saja tidak seluruh Yahudi dapat disalahkan atas tindakan yang dilakukan oleh sekelompok kecil masyarakat rahasia yang belum pernah mereka dengar. Mayoritas Yahudi akan tidak menyetujui master plan ini jika mereka mengetahui bahwa ia ada.
Tentu
saja seseorang dapat mengecam seluruh rasisme dan genosida sekeras mungkin
sambil meyakini bahwa Protokol itu adalah otentik. Menurut pendapat saya,
kecaman yang mengatakan bahwa yang menyebarkan berita Protokol ini asli adalah
mereka yang ingin menyulut antisemitisme benar-benar merupakan sebuah rencana
mengalihkan perhatian dari master plan ini.
Klaim
Pagiarisme ini merupakan kampanye propaganda yang disebarkan oleh kolaborator
yang sadar maupun tak sadar di tataran akademis maupun media.
Klaim Palsu
Dikatakan
kepada Kita bahwa The Protocols of Zion adalah sebuah kebohongan, sebuah
“kebohongan yang terbukti” yang dibuat oleh polisi politik Tsaris (Okhara)
untuk menyulut anti-Semitisme dan mendeskreditkan para revolusioner.
Namun bukti tersebut jauh dari meyakinkan, Ia (bukti bahwa Protokol adalah hasil plagiat) terdiri dari tiga artikel yang diterbitkan oleh The London Times (16-18 Agistus 1921) oleh Philips Graves. Menurut Graves, Protokol tersebut kasar, bab demi bab merupakan penjiplakan dari karya Maurice Joly, Dialogue in Hell Between Machivelli and Montesquieu (1864).
tabel persamaan antara dialog dan Protokol, yang kami kutip dari wikipedia |
Merupakan
hal yang mudah untuk membuat klaim ini ketika buku tersebut tidak ada. Polisi
Napoleon III langsung langsung memberedelnya ketika buku tersebut diterbitkan.
Namun
buku tersebut sekarang sudah tersedia dan saya mengajak anda untuk
membandingkan kedua teks tersebut. Menurut pendapat saya mereka sepenuhnya
berbeda dalam nada, isi dan tujuan. Dengan halaman mencapai 140 halaman, Dialogues
tersebut dua kali lebih panjang dari dari Protocols. Sebagian besar
darinya tidak mendapatkan gema dalam Protocols.
Inti dari argumen Graves adalah isi dan kalimat tertentu dalam protokol adalah diambill dari dialog tersebut. Ia mengklaim bahwa terdapat 50 bagian yang diambil darinya dan dibuat menjadi sekitar 12 ayat.
Kemiripan
yang begitu terlihat dengan protokol menimbulkan keraguan dan kemungkinan bahwa
terjadi penjiplakan Protokol terhadap Dialogues menjadi amat kecil kemungkinannya.
Sesungguhnya Philip Graves “Terkejut dengan tidak adanya upaya yang dilakukan
oleh Plagiator untuk menyembunyikan plagiarismenya.” Saya yakin itu karena Joly
menjiplak dari Protokol dan bukan sebaliknya.
Plot
di dalam Protocols menggambarkan bahwa ia telah “berusia berabad-abad”.
Ia sangat mungkin ada lebih dulu dari Dialogue 1864. Apa yang dikemukakan
Joly termuat dengan amat baik dalam Protocols dan ia meminjam darinya
(dari Protocols) untuk mengungkapkan posisi tak populer otoritarian
Machievelli, yang ia sandingkan dengan Napoleon III.
Joly,
seorang Yahudi yang memiliki nama asli Jeseph Levy, merupakan anggota dari
“Lodge of Mirzaim” di mana dokumen Protocols tersebut berasal. Ia adalah
didikan Adolph Cremieux (Isac Moise Cremieux 1796-1880) kepala Lodge tersebut
dan seorang menteri pada administrasi pemerintahan Leon Gambetta yang didukung
oleh Yahudi. (Lihat Kerry Bolton, The Protocols in Context, Renaisance
Press, 2003)
Joly,
yang malakukan bunuh diri pada tahun 1879, memiliki kebiasaan “meminjam”. Ia
dituduh melakukan plagiat terhadap sebuah novel populer karya Eugene Sue yang
berjudul Les Mysteres du Paris (1845). Selain itu karyanya juga
didahului oleh karya anak didik Cremieux, Jacob Venedy yang berjudul Machiavelli,
Montesquieu, Rousseau (1850).
Pada
tahun 1884 Meme. Justina Glinka, putri seorang Jendaral Rusia yang tinggal di
Paris, mempekerjakan Joseph Schortest, anggota Lodge Mirzaim di mana Joly juga
merupakan anggota di sana, untuk mendapatkan informasi yang sensitif. Untuk
bayaran senilai 2500 Franc, Schorst juga memberikan kepada Glinka The
Protocols of Zion. Ia kemudian ketahuan dan dibunuh di Mesir.
Pemerintahan Tsarist, menurut dokumen yang diberikan Schort, juga telah dikuasai. Glinka kemudian memberikan dokumen tersebut kepada seorang teman yang kemudian meneruskannya kepada Sergei A. Nilus yang menerbitkannya untuk pertama kali pada tahun 1901.
Pemerintahan Tsarist, menurut dokumen yang diberikan Schort, juga telah dikuasai. Glinka kemudian memberikan dokumen tersebut kepada seorang teman yang kemudian meneruskannya kepada Sergei A. Nilus yang menerbitkannya untuk pertama kali pada tahun 1901.
Setelah
Revolusi Bolshevik, Nilus ditahan di Kiev pada tahun 1924, dipenjara dan disiksa.
Pimpinan pengadilan mengatakan bahwa ia telah “melakukan kerusakan yang amat
besar dengan menerbitkan Protocols tersebut
(Waters flowing Eastward oleh Pequita de Schishmereff, hal. 74-76).
Bagaimanapun,
terdapat referensi internal yang mengisyaratkan bahwa tahun terbitnya dokumen
tersebut adalah pada tahun 1894 bukan tahun 1884. Dalam Protocol 10, terdapat
referensi pada skandal Panama tahun 1892. Penulis mengatakan bahwa para boneka
politik harus memiiki noda yang tak dapat diungkapkan, beberapa orang Panama”.
Pada
Akhir Protokol 16, terdapat referensi pada “salah satu dari agen terbaik Kita,
Bourgeois” yang telah menyusup ke dalam pengajaran golongan muda. Leon Victor
August Bourgeois (1851-1925) menjadi mentri pendidikan pada 1890 . Ini membuat
saya yakin bahwa Glinka mendapatkan sekitar tahun 1894 bukan 1884.
Saya
yakin bahwa berdasarkan isi di dalamnya, Protokol merupakan “rencana yang telah
berusia berabad-abad” dan Joly telah mengakses versi yang lebih awal.
Konteks
Politik
Artikel
Pheilip Gaves menghantam operasi propaganda Zionis. “Expose” yang dilakukan
oleh Grave pada Protocols muncul pada bulan Agustus tahun 1921 ketika para
Zionis menekan Liga Bangsa-Bangsa untuk mengembalikan Palestina untuk
mengembalikan Palestina menjadi tanah air Yahudi di bawah mandat Inggris.
Philip
Grave menceritakan kisah yang tidak dapat dipercaya bahwa Mr. X” membawa Dialogues
kepadanya di Konstantinopel yang
merupakan tempat dia menjadi koresponden Times. Mr. X menunjukkannya sebagai
“bukti yang tak terbantahkan” bahwa protocols adalah hasil plagiat.
Mr.
X adalah sorang Rusia Kulit putih. Jika memandang peran Yahudi dalam Revolusi
Bolshevik, tampak mencengangkan bahwa seorang kulit putih Rusia akan membantu
mendiskreditkan Protocols tersebut. Grave menyatakan bahwa Mr. X membeli
buku tersebut dari, Perhatikan ini,”seorang mantan anggota Okhana” yang telah pindah
ke Konstantinopel. Apakah kita percaya bahwa hanya dengan satu-satunya bukti
yang dibawa mantan anggota Okhana ini maka ia akan membuktikan bahwa Protocols
adalah hasil jiplakan?
Dalam
The Controversy of Zion bab 34, Douglas Reed, seorang staf Times ketika itu memberikan latar belakang
tambahan. Pada bulan mei 1920, Lord Northcliffe, pemilik sebagian dari The
Times, mengeluarkan sebuah artikel mengenai Protocols tersebut yang
berjudul The Jewish Peril, A Distrubing Pamphlet, A Call for an Equiry. Artikel
tersebut memuat :
“
Sebuah stigmasi tak berat sebelah mengenai dokumen ini dan sejarah mengenainya
yang amat ingin diketahui...apakah kita akan mencampakkan keseluruhan isinya
tanpa penyelidikan terlebih dahulu dan membiarkan pengaruh dari buku yang
demikian dengan tanpa memeriksa terhadap karya ini?
Ini
merupakan kesadaran publik yang berumur singkat, setelah Revolusi Bolshevik,
bahwa komunisme adalah sifat dasar Yahudi dan memberikan bahaya yang nyata bagi
peradaban Barat. Bahkan Winston Churchill menyerang dengan artikelnya yang
terkenal, Zionism VS. Bolshevism : A Struggle for the soul of Jewish people.
Kemudian
pada Mei tahun 1922 Northcliffe mengunjungi Palestina dan menulis bahwa
Britania telah terlalu tergesa-gesa untuk menjanjikan negara tersebut kepada
Yahudi di saat sebenarnya ia merupakan milik
700.000 penduduk Arab Muslim.
Mr.
Wickman Steed, editor The times, pada tahun 1921 menolak untuk
menerbitkan artikel tersebut karena dengan mengajukan artikel yang demikian
maka berarti bahwa Northcliffe mencoba untuk membuatnya dipecat. Bagaimanapun, ketika
Northcliffe melakukan liburan di Eropa, Steed mampu untuk membuat Clifffe
mendeklarasikan pernyataan yang “gila” dan setengah terpaksa. Belakangan
Northcliffe berkeberatan bahwa ia telah diracun dan mati dengan tiba-tiba pada
tahun 1922.
Douglas Reed adalah sekertaris Northcliffe, namun tidak menyadari peristiwa ini sampai mereka muncul dalam Official History of the Times pada 1950-an. Jelas Nortcliffe telah membuat marah”big boy” ketika ia mengemukakan tentang protocols tersebut dan menentang mandat Inggris di Palestina.
Klaim
Pemalsuan adalah Sesuatu yang Berlebihan
Philip
Graves dan para pembela lainnya membuat klaim yang dibesar-besarkan. Klaim
mereka bahwa Protocols adalah hasil plagiat bab demi bab dari dialogues
adalah salah.
Graves
menulis bahwa “ Dialogue ketujuh... sesuai dengan bagian protokol kelima,
keenam, ke tujuh dan kedelapan.”
Dengan
panjang delapan halaman, Protokol ini lebih panjang dua kali lipat daripada
Dialogue ketujuh. Ia sebagian besar berisi materi yang tidak terdapat dalam
Dialogue ketujuh, atau di tempat yang lainnya. Saya akan mendata dari protokol
ke Lima saja.
Protokol
Lima mengatakan “kerajaan kita akan dicirikan dengan despotisme (kelaliman)
dengan amat hebat” sehingga ia akan “mengenyahkan setiap Goyim yang menentang
kita baik dengan tidakan maupun kata-kata.”
Sebaliknya
Dialog Ketujuh mengatakan, “ Kematian, pengambilalihan, dan penyiksaan harus
terjadi sesedikit mungkin dalam politik internal negara modern.”
Protokol
Lima mengatakan bahwa kita “merampok keimanan
mereka (Goyim) terhadap tuhan[1]”
dan menanamkan dalam benak mereka mengenai hak mereka,” oleh karenanya
mengerdilakan kekuasaan Raja. Tidak ada yang sama dengan Dialog Tujuh.
Protikol
Lima mengatakan, “Kita akan melemahkan Goyim sehingga mereka dengan terpaksa
akan menawarkan kepada kita kekuasaan internasional (sehingga memungkinkan
kita) secara perlahan menyerap seluruh kekuatan dan membentuk Pemerintahan
Super.” Tidak ada yang sama dengan ini di dalam Dialog Tujuh.
Pada
Sisi Lain
Penulis
Dialogues memilih beberapa ayat atau referensi dari Protokol yang tampak
tak diubah atau hanya sedikit berbeda bentuknya.
Sebagai
contoh, Dialogues mengatakan : “Di mana pun terdapat hak. Kebebasan
politik hanyalah sebuah ide relatif. Kebutuhan untuk hidup adalah apa yang
mendominasi negara sebagaimana ia mendominasi individu-individu.”
Dalam
Protocols kalimat tersebut berbunyi, “Dari Hukum alam munculnya
kekuatan. Kemerdekaan politik adalah sebuah ide, bukan kenyataan, dan orang
harus tahu bagaimana menggunakannya (kemerdekaan politik) sebagai umpan
kapanpun untuk menarik masa... bagi satu pihak yang memiliki tujuan untuk
menghancurkan pihak lainnya yang berkuasa.” (Protocols 1)
Graves
tidak menyertakan bagian terakhir untuk membuat penyamaan tersebut tampak lebih
hebat daripada sebenarnya.
Dialogues
(7)
mengatakan, “Di seluruh wilayah Eropa...kita harus menciptakan kekacauan,
perpecahan, dan permusuhan.” Tidak terdapat referensi mengenai penekanan
terhadap hal-hal tersebut dalam sebuah negara.
Persamaan
ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa Protocols telah ada terlebih
dahulu dan ia telah terbiasa denganya.
Kesimpulan
Kedua
buku tersebut memiliki perbedaan dalam nada dan relevansinya. Buku Dialogues
jika dilihat dengan kacamata kita saat ini tampak bersifat akademis dan
esoterik serta memerlukan sebuah penafsiran. Ia merupakan serangan untuk
Napoleon III yang melihat Joly mendapat pemikiran dari Machiavelli. Ironisnya,
ini adalah tempat di mana ia menyelusup ke dalam Protocols. Napoleon
bukanlah orang bodoh dan Joly ditahan.
Sebaliknya,
keotentikan Protocols amat terlihat jelas bagi mereka yang memilki
pemikiran terbuka. Ia menggambarkan dunia yang kita tinggali ini.
Jika
rencana Anda untuk menguasai dunia bocor, apa yang akan Anda lakukan? Akankah
Anda mengakuinya? Tidak, Anda akan mengutus pasukan-pasukan rahasia untuk
memberikan stigma bahwa dokumen tersebut adalah sebuah kebohongan yang
dimotivasi oleh “prasangka buruk” dan “anti-Semitisme”. Mereka telah menjalakan
“kendali kehancuran” ini dengan sempurna, sebuah ukuran atas kekuasaan mereka
untuk meperdaya bahkan ketika kebenaran telah diungkapkan.
Ini
merupakan satu-satunya konspirasi yang telah menang meskipun cetak biru
keburukannya telah ada di tengah-tengah masyarakat. Ia mengungkapkan kepolosan
(atau kerusakan) kaum cendekiawan dan masyarakat.
Illuminati
(Masonik Yahudi tingkat atas dan aliansi non-Yahudi mereka) telah
mendistribusikan sejumlah kekayaan dan kekuasaan kepada masa (liberalisme, sosialisme)
sebagai cara untuk mengamankan kekuasaan utama bagi diri mereka. Berdasarkan Protocols,
mereka akhirnya akan menarik kekayaan tersebut ketika [2]
“pemerintahan tak kentara” telah menjadi tak terkalahkan. “Perang terhadap terror—war
on terror” harus dilihat dalam konteks ini.
Dalam
pandangan saya, para “penyangkal Protocols” terlibat dalam Konspirasi
ini, yang bertanggung jawab atas jadinya sebagian besar penderitaan umat
manusia dan akan membawa bencana yang lebih besar lagi. Sebagai seorang Yahudi,
saya tidak ingn memanggul tanggung jawab ini di pundak saya, atau dipanggul
oleh Yahudi atau Mason tak bersalah lainnya.
Sumber :
Henry Makow, Illuminati the Cult that hijacked te World 2011, diterjemaknan oleh Ufuk Press, 2012 hal. 186-194)
Henry Makow, Illuminati the Cult that hijacked te World 2011, diterjemaknan oleh Ufuk Press, 2012 hal. 186-194)
0 komentar:
Post a Comment