Hakikat Lailatul Qadar (Bagian 1)
oleh : Amin Saefullah Muchtar
Sebagaimana yang kita yakini bahwa
bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan, salah satu di antaranya
terdapat lailatul qadar, suatu malam yang dinilai oleh Al-Quran dan Sunah
sebagai “malam yang lebih baik dari seribu bulan”. Nabi saw. bersabda:
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ
اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ
فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ
مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا قَدْ حُرِمَ
Dari Abu Hurairah, dia berkata,
“Ketika datang bulan Ramadhan Rasulullah saw. bersabda, ‘Telah datang kepada
kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, padanya Allah mewajibkan kalian
shaum, padanya pintu-pintu surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup
rapat, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan Ramadhan ada satu malam yang
lebih baik daripada seribu bulan, dan barangsiapa tidak mendapati malam itu
maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan." HR. Ahmad, Musnad Ahmad,
II:425, No. 9493; Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf, II:270, No. 8867; Abd
bin Humaid, Musnad Abd bin Humaid, I:418, No. 1429; Ishaq bin Rahawaih, Musnad
Ishaq bin Rahawaih, I:73, No. 1
Ada apa dengan malam itu sehingga
dinilai demikian tinggi oleh Al-Quran dan Sunah? Sebelum menelaah lebih jauh
tentang "ketinggian nilai" itu, ada baiknya apabila kita kaji
terlebih dahulu kriteria dari malam tersebut.
Pengertian Lailatul Qadar
Secara bahasa Lailatul Qadar
berarti “Malam Yang Agung”, malam yang besar nilainya. Sedangkan secara istilah
Lailatul Qadar menunjukkan dua pengertian: Pertama, Lailatul Qadar pada
waktu turunnya al-Quran secara sekaligus. Kedua, Lailatul Qadar yang
dijanjikan akan terjadi setiap bulan Ramadan.
Makna Pertama: Lailatul Qadar Ketika
Turunnya Al-Quran Sekaligus
Pengertian ini merujuk kepada Firman
Allah swt. sebagai berikut :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ وَمَا
أَدْرَا كَ مَا لَـيْلَةُ القَدْرِ لَـيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ
تَنَـزَّلُ المَلآئِكَةُ وَالرُّوحُ فِـيهَا بِـإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ
أَمْرٍ سَلاَمٌ هِيَ حَـتَّى مَطْلَـعِ اْلـفَجْرِ
“Sesungguhnya kami telah menurunkan
dia (Al-Quran) pada malam kemuliaan Dan apakah engkau sudah mengetahui apa
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu, lebih utama daripada seribu bulan.
Turun malaikat dan ruh padanya dengan izin Tuhan mereka (dengan membawa
pokok-pokok) dari setiap perintah (hukum-hukum yang perlu bagi dunia dan
akhirat). Sejahteralah ia sampai terbit fajar.” QS. Al-Qadar : 1-5
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ
هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَاْلفُرْقَانِ
“Bulan Ramadan yang diturunkan
padanya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, keterangan-keterangan petunjuk
itu, dan pemisah antara yang haq dan yang batal.” QS. Al-Baqarah : 185
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya
(Al-Quran) pada malam yang diberkahi.” QS.Ad-Dukhan: 3
Ketiga ayat ini menunjukkan bahwa
Lailatul Qadar adalah satu malam di bulan Ramadhan, sebagai waktu diturunkan
Al-Quran secara menyeluruh dari lawhul mahfuzh ke Bait al-‘Izzah
di langit dunia. Malam itu disifati dengan Lailah Mubaarakah (malam yang
diberkahi).
Sehubungan dengan itu sahabat Rasul
bernama Abdullah bin Abbas menyatakan:
أُنْزِلَ الْقُرْآن جُمْلَةً وَاحِدَةً إِلَى سَمَاءِ
الدُّنْيَا فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْزِلَ بَعْد ذَلِكَ فِي عِشْرِينَ
سَنَةً قَالَ : {وَلاَ يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلاَّ
جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا} وَقَرَأَ ( وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ
لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلاً )
“Al-Quran diturunkan sekaligus ke
langit dunia pada Lailatul Qadar, kemudian setelah itu diturunkan (kepada
Rasul) pada masa 20 tahun. Allah berfirman: ‘Tidaklah orang-orang kafir itu
datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan
kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.’ (QS. Al-Furqan:
33) Dan ia membaca ayat wa quranan faraqnahu…(QS. Al-Isra:106)” (H.r.
An-Nasai, As-Sunan Al-Kubra, VI:421, No. hadis 11.372)
Dalam riwayat lain dengan redaksi:
أُنْزِلَ الْقُرْآنُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ جُمْلَةً
وَاحِدَةً إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا ، وَكَانَ بِمَوْقِعِ النُّجُومِ وَكَانَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُنْزِلُهُ عَلَى رَسُولِهِ -صلى الله عليه وسلم- بَعْضَهُ
فِى إِثْرِ بَعْضٍ.فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَقَالُوا (لَوْلاَ نُزِّلَ
عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ
وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاَ)
“Al-Quran diturunkan pada Lailatul
Qadar sekaligus ke langit dunia, dan itu sesuai dengan masa turunnya
bagian-bagian bintang, dan Allah ‘Azza wajalla menurunkannya kepada
Rasul-Nya sebagian demi sebagian. Maka Allah ‘Azza wajalla berfirman,
“Dan mereka mengatakan, ‘Lawlaa nuzzila ‘alaihil Quraanu… (QS.
Al-Furqan:32)” (H.r. Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra, IV: 306, No. hadis
8304; Al-Hakim, Al-Mustadrak ‘Alas Shahihain, II:578, No. hadis 3958)
Dalam riwayat lain dijelaskan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّهُ سَأَلَهُ
عَطِيَّةُ بْنُ الاَسْوَدِ قَالَ: أَوَقَعَ فِي قَلْبِي الشَّكُ قَوْلُهُ تَعَالَى - شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ- وَقَوْلُهُ : إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ القَدْرِ وَهذَا أُنْزِلَ فِي شَوَّالٍ وَذِي
القَعْدَةِ وَذِي الحِجَّةِ وَفِي المُحَرَّمِ وَالصَّفَرِ وَشَهْرِ رَبِيْعٍ،
فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: إِنَّهُ أُنْزِلَ فِي رَمَضَانَ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ
جُمْلَةً وَاحِدَةً ثُمَّ أُنْزِلَ عَلَى مَوَاقِعِ النُّجُومِ رَسَلاً فِي
الشُّهُورِ وَالأَيَّامِ.
Dari Ibnu Abas Ra., bahwa ia pernah
ditanya oleh Athiyah bin Al-Aswad, ia berkata, ”Aku ragu-ragu tentang firman
Allah ta’ala, ‘Syahru Ramadhaanalladzii unzila fihil Quraanu’ dan
Firman-Nya, ‘Innaa anzaalnahu fii lailatil qadri.’ Apakah turunnya itu
pada bulan Syawal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam, Shafar, dan Ar-rabi’?” Ibnu
Abbas menjawab, ”Bahwa Al-Quran itu diturunkan pada bulan Ramadhan pada malam
Lailah Al-Qadar secara sekaligus, kemudian diturunkan lagi berdasarkan masa
turunnya bagian-bagian bintang secara berangsur pada beberapa bulan dan hari.”
(HR. Al-Baihaqi, Al-Asmaa was Shifaat, II:35, No. hadis 487)
Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan, bahwa Lailatul Qadar dalam pengertian pertama menunjukkan waktu
diturunkan Al-Quran secara sekaligus dari lawhul mahfuzh ke Bait
al-‘Izzah di langit dunia. Dan Lailatul Qadar dalam pengertian ini tidak
akan terjadi lagi, karena Al-Quran telah selesai diturunkan.
Sifat & Keutamaan Lailatul Qadar
Pada surat ini (QS. Al-Qadar : 1-5)
kata Lailatul Qadar disebut sebanyak tiga kali. Pengulangan itu untuk
menunjukkan pengagungan dan agar lebih mendapat perhatian. Sedangkan malam itu
diberi nama Lailatul Qadar karena kemuliaannya atau karena pada malam
itu ditetapkan berbagi urusan, sebagaimana firman Allah:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا
كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya
(Al-Quran) pada malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” QS.
Ad-Dukhan: 3-4
Yang dimaksud dengan urusan-urusan
di sini ialah segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti
hidup, mati, rezeki, nasib baik, nasib buruk dan sebagainya.
Adapun malam itu disifati dengan
“malam yang diberkahi” (QS.Ad-Dukhan: 3), karena pada malam itu diturunkan
berbagai berkah (kebaikan yang banyak) serta manfaat agama dan dunia. (lihat, At-Tafsir
al-Munir, XXX:332; Tafsir al-Bahr al-Madid, VII:60)
Pada ayat itu pula dinyatakan keutamaan
malam tersebut sebagai berikut:
لَـيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih utama
daripada seribu bulan.” (QS. Al-Qadar : 3)
Tentang firman Allah Swt.:
لَـيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْر
Mujahid berkata:
عَمَلُهَا وَصِيَامُهَا وَقِيَامُهَا خَيْرٌ مِنْ
أَلْـفِ شَـهْرٍ
“Beramal, shaum, dan shalat pada
malam itu lebih baik daripada seribu bulan.” HR. At-Thabari, Tafsir Ibnu
Katsir, IV:649
Dalam riwayat lain Mujahid berkata:
لَـيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ لَيْسَ
فِي تِلْكَ الشُّهُورِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ
“Lailatul Qadar lebih baik daripada
seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadar.” HR. Ibnu Abu
Hatim, Tafsir Ibnu Katsir, IV:649
Keterangan di atas menunjukkan
pengertian bahwa beramal pada satu malam itu lebih baik daripada beramal pada
seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadar
Pengertian ini sesuai dengan
penjelasan Nabi saw.:
فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ
خَيْرَهَا قَدْ حُرِمَ
“Pada bulan Ramadhan ada satu malam
yang lebih baik daripada seribu bulan, dan barangsiapa tidak mendapati malam
itu maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan." HR. Ahmad, Musnad
Ahmad, II:425, No. 9493
Kata at-Tibrizi, “Sabda Nabi:
مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا قَدْ حُرِمَ
“Barangsiapa tidak mendapati malam
itu maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan”
والمراد حرمان الثواب الكامل أو الغفران الشامل الذي
يفوز به القائم في أحياء ليلها.
Maksudnya, kehilangan pahala yang
sempurna atau ampunan yang lengkap, sebagai penyebab keberuntungan orang yang
menghidupkan malam itu.” (Lihat, Misykat al-Mashabih, VI:822)
sumber :
https://www.facebook.com/amin.muchtar.1/notes
0 komentar:
Post a Comment